: http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/tail2.gif

Selasa, 28 Januari 2014

LAPORAN WAFER


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pakan mempunyai peranan yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %. Kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidakpastian tatalaksana pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan menyebabkan daya tampung ternak pada suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi yang normal. Hal ini antara lain dapat diatasi bila potensi pertanian/industri maupun limbahnya ikut dipertimbangkan dalam usaha peternakan. Ini tidak menjadi suatu yang berlebihan mengingat Indonesia merupakan negara agraris. Asalkan kita tahu secara tepat nilai guna dan daya gunanya serta tahu teknologi yang tepat pula untuk mengelolanya, agar lebih bermanfaat. Kendala utama dari pemanfaatan rumput dan atau limbah pertanian antara lain adalah pengangkutan, karena pada umumnya rumput atau limbah pertanian membutuhkan tempat yang luas untuk setiap satuan beratnya. Dengan penerapan teknologi pengolahan pakan seperti pencacahan rumput dan atau limbah pertanian yang diolah menjadi Roti /Wafer dan Burger untuk ternak dapat meningkatkan kualitas dan palatabilitas serta mempermudah pengangkutan. Wafer Pakan (Feed Wafer)        Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan ternak, terutama pada musim kemarau.





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Coleman and Lawrence (2000) menjelaskan keuntungan pakan olahan adalah 1) meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer; 3) mencegah “de-mixing” yaitu peruraian kembali komponen penyusun pakan sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar.
Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah 1) pemberian kepada ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan agar ternak tidak mengalami kelebihan berat badan maupun gangguan pencernaan; 2) gudang penyimpanan wafer memerlukan area dan penanganan khusus untuk menghindari kelembaban udara; 3) pengolahan bahan pakan menjadi wafer membutuhkan biaya tambahan yang akan mempengaruhi biaya produksi.
Furqaanida, 2004, kerapatan menentukan bentuk fisik dari wafer ransum komplit yang dihasilkan dan menunjukkan kepadatan wafer ransum komplit dalam teknik pembuatannya.
Jayusmar, 2000, Wafer ransum komplit adalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan.
Lalitya, 2004, Wafer ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan monsentrat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Noviagama, 2002, Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu.
Noviagama, 2002, Teknologi CCFB sangat potensial untuk usaha efisiensi limbah pertanian dan peningkatan daya guna hasil samping agroindustri termasuk sisa pengolahan  dengan biaya rendah dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ruminansia saat mengalami kekurangan pakan yang terjadi akibat banjir dan musim kemarau.
Nursita, 2005, Kerapatan wafer ransum komplit dapat mempengaruhi palatabilitas ternak. Pakan atau wafer yang terlalu keras dengan kerapatan yang tinggi akan menyebabkan sulitnya ternak dalam mengkonsumsi wafer secara langsung sehingga perlu ditambahkan air pada saat akan diberikan dan ternak pada umumnya menyukai pakan atau wafer dengan kerapatan yang rendah.
Syamsu et al, 2003, Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan limbah pertanian yang dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas yang lebih baik dari produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar menjadi biskuit pakan. Pengolahan hijauan segar menjadi biskuit dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang tahun, sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau.
            Syananta, 2009, Kerapatan bahan baku sangat tergantung pada besarnya kempa yang diberikan selama proses pembuatan .











BAB III
MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
         Praktikum Teknologi Pemanfaatan Limbah tentang Pembuatan Wafer dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 01 November 2013 pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Gedung C Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Materi
         Pada pembuatan Wafer, alat yang digunakan diantaranya Pipa paralon, triplex, botol (alat pengepress), karung, plastik hitam, kompor, dan panci.
         Sedangkan bahan yang digunakan ialah hijauan (limbah sayur-sayuran), dedak padi, jagung, bungkil kelapa, urea, molases (diganti gula merah), premix/feedmix, minyak sayur, garam, dan tapioka.

Metoda
Adapun metoda dalam pembuatan wafer pakan ternak sebagai berikut : limbah pertanian dicuci bersih, lalu dicacah, dengan ukuran 3-5 cm. Tujuannya untuk mempercepat proses pengeringan serta memudahkan dalam pencampuran dengan bahan perekat. Limbah pertanian yang sudah dicacah dikeringkan dibawah sinar matahari (+ 24 jam). Leguminosa yang sudah kering kemudian digiling. Limbah pertanian yang sudah kering dicampur dengan bahan perekat dan konsentrat dan diaduk sampai homogen. Campuran yang sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah disiapkan untuk dipadatkan. Kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama 2 minggu. Setelah itu, dimasukkan dalam oven, setelah benar-benar kering, di giling halus untuk dianalisis secara proksimat.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan limbah pertanian yang dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas yang lebih baik dari produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar menjadi biskuit pakan. Pengolahan hijauan segar menjadi biskuit dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang tahun, sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau (Syamsu et al, 2003).
Wafer merupakan salah satu bentuk pakan olahan yang dibentuk sedemikian rupa dari bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan pakan. Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu (Noviagama, 2002). Teknologi CCFB sangat potensial untuk usaha efisiensi limbah pertanian dan peningkatan daya guna hasil samping agroindustri termasuk sisa pengolahan  dengan biaya rendah dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ruminansia saat mengalami kekurangan pakan yang terjadi akibat banjir dan musim kemarau (Noviagama, 2002).
Coleman and Lawrence (2000) menjelaskan keuntungan pakan olahan adalah 1) meningkatkan densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan, menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2) densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang tercecer; 3) mencegah “de-mixing” yaitu peruraian kembali komponen penyusun pakan sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar.
Coleman and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini wafer antara lain adalah 1) pemberian kepada ternak harus disesuaikan dengan kebutuhan agar ternak tidak mengalami kelebihan berat badan maupun gangguan pencernaan; 2) gudang penyimpanan wafer memerlukan area dan penanganan khusus untuk menghindari kelembaban udara; 3) pengolahan bahan pakan menjadi wafer membutuhkan biaya tambahan yang akan mempengaruhi biaya produksi.
Wafer ransum komplit dalah suatu produk pengolahan pakan ternak yang
terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan (Jayusmar, 2000). Wafer ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan monsentrat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya (Lalitya, 2004).
Bentuk wafer yang padat dan cukup ringkas diharapkan dapat:
(1)   meningkatkan palatabilitas ternak karena bentuknya yang padat,
(2)   memudahkan dalam penanganan, pengawetan, penyimpanan, transportasi, dan penanganan hijauan lainnya,
(3)   memberikan nilai tambah karena selain memanfaatkan limbah hijauan, juga dapat memanfaatkan limbah pertanian dan perkebunan, dan
(4)   menggunakan teknologi sederhana dengan energi yang relatif rendah   
Prinsip pembuatan wafer mengikuti prinsip pembuatan papan partikel.
Proses pembuatan wafer dibutuhkan perekat yang mampu mengikat partikel partikel bahan sehingga dihasilkan wafer yang kompak dan padat sesuai dengan densitas yang diinginkan.
Wafer pada umumnya memiliki warna lebih gelap dibanding warna asal, hal tersebut disebabkan oleh adanya proses browning secara non enzimatis yaitu
karamelisasi dan reaksi Maillard. Karamelisasi terjadi jika suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer.
Keuntungan wafer ransum komplit adalah :
(1) kualitas nutrisi lengkap,
(2) mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan ternak seperti rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian, perkebunan, atau limbah pabrik pangan,               
(3) tidak mudah rusak oleh factor biologis karena mempuyai kadar air kurang dari
14%,
(4) ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya yang awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan dimana hasil-hasil hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah,
(5) memudahkan dalam penanganan karena bentuknya padat kompak sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi.

Kualitas roti sapi (Wafer) tergantung dari bentuk fisik, tekstur, warna, aroma dan kerapatan :
1.      Bentuk fisik         
Roti sapi (Wafer) yang terbentuk padat dan kompak sangat menguntungkan, karena mempermudah dalaam penyimpanan dan penanganan
2.      Tekstur
Tekstur menentukan mudah tidaknya menjadi lunak dan mempertahankan bentuk fisik serta kerenyahan
3.      Warna
Hasil reaksi karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amino primer menyebabkan roti sapi berwarna coklat.
4.      Aroma
Hasil reaksi maillard mengeluarkan bau dan aroma khas karamel
5.      Kerapatan
Semakin tinggi kerapatan nya roti sapi akan semakin baik, karena pertambahan airnya semakin rendah.


Tes Organoleptik Wafer
Sample
Warna
Bau
Tekstur
Kerapatan
Kontrol
Kuning kecoklatan
Harum
Kasar, keras
Baik
Ulangan I
Kuning kecoklatan
Harum
Kasar, keras
Baik
Ulangan II
Kuning kecoklatan
Harum
Kasar, keras
Baik
Ulangan III
Kuning kecoklatan
Harum
Kasar, keras
Baik

Menurut (Nursita, 2005), Kerapatan wafer ransum komplit dapat mempengaruhi palatabilitas ternak. Pakan atau wafer yang terlalu keras dengan kerapatan yang tinggi akan menyebabkan sulitnya ternak dalam mengkonsumsi wafer secara langsung sehingga perlu ditambahkan air pada saat akan diberikan dan ternak pada umumnya menyukai pakan atau wafer dengan kerapatan yang rendah. (Syananta, 2009) menuturkan bahwa Kerapatan bahan baku sangat tergantung pada besarnya kempa yang diberikan selama proses pembuatan. (Furqaanida, 2004) berpendapat bahwa kerapatan menentukan bentuk fisik dari wafer ransum komplit yang dihasilkan dan menunjukkan kepadatan wafer ransum komplit dalam teknik pembuatannya.


BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang diperoleh setelah melakukan praktikum pembuatan wafer ialah salah satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan limbah pertanian sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan limbah pertanian yang dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas yang lebih baik dari produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar menjadi biskuit pakan (wafer). Pengolahan hijauan segar menjadi wafer dimaksudkan untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang tahun, sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau. Banyak sekali keuntungan yang bisa diperoleh apabila melakukan alternative ini, akan tetapi tidak terlepas dari kelemahannya pula. Hasil yang diperoleh kurang akurat, hal ini disebabkan salah perlakuan pada saat analisis.

Saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang dan juga sebaiknya, praktikan harus memperhatikan saat asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan. Praktikan harus menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung, agar suasana praktikum jadi nyaman. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua.


DAFTAR PUSTAKA
Coleman and Lawrence.2000. Chemical Engineering Handbooks, Me. Graw Hill,
New York
Furqaanida, N. 2004. Pemanfaatan klobot jagung sebagai substitusi sumber serat
ditinjau dari kualitas fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk
domba. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jayusmar. 2000. Pengaruh Wafer Ransum Komplit Limbah Tebu dan
Penyimpanan terhadap Kualitas Sifat Fisik. Bogor: IPB.
Noviagama.2000. Teknologi pakan hijauan. Jurusan Nutrisi Dan Makanan
Ternak. Hand out. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Nursita. 2005. Sifat fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk domba
dengan menggunakan kulit singkong. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan Teknologi
Pakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syamsu, J. A., K. Mudikjo, & E. G. Sa’id. 2003. Daya dukung limbah pertanian
sebagai sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Wartazoa 13(1):
30-37.
Syananta, F. P. 2009. Uji sifat fisik wafer limbah sayuran pasar dan
palatabilitasnya pada ternak domba. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar