: http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/tail2.gif

Selasa, 28 Januari 2014

LAPORAN SEMESTER PRODUKSI TERNAK POTONG


BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
            Sapi potong sebagai penghasil daging dan merupakan salah satu sumber protein hewani yang merupakan bahan pangan bagi masyarakat, oleh karena itu untuk mengimbangi permintaan daging asal sapi potong oleh masyarakat sebagai bahan pangan, maka daging asal sapi potong ini selalu tersedia setiap waktu. Ketersediaan daging asal sapi potong ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi daging sapi potong.
            Namun pemeliharaan sapi potong di Indonesia dilakukan ada yang secara ekstensif, semi intensif, dan intensif. Pada umumnya sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk, sedangkan cara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengembalaan dan digembalakan sepanjang hari. Selain itu juga bibit (genetic) sapi potong yang dipelihara menjadi suatu pertimbangan agar sesuai dengan kondisi lingkungan tempat sapi potong itu dikembangkan.
            Selain dari bibit yang digunakan juga factor penentu dalam keberhasilan usaha sapi potong itu adalah bahan pakan yang digunakan. Hijauan merupakan bahan pokok bagi sapi potong yang merupakan ternak ruminansia, namun kandungan gizi yang terdapat pada hijauan belum mampu memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh sapi potong baik untuk hidup pokok maupun untuk produksi, oleh karena itu sangat diperlukan pakan tambahan seperti konsentrat. Disamping itu juga sangat dibutuhkan bioteknologi terhadap bahan pakan sapi potong dalam upaya meningkatkan kecernaan, khususnya bahan pakan berasal dari limbah industry dan limbah pertanian dan perkebunan.
            Apabila bibit dan bahan pakan yang diberikan pada sapi potong sudah diperhatikan, maka produksi sapi potong akan meningkat. Untuk melihat peningkatan dari produksi sapi potong khususnya produksi daging ini dapat dilihat dari bobot daging karkas ini bahkan dari irisan komersial pada karkas sapi potong.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Tujuan praktikum produksi ternak potong ini adalah untuk melihat bagaimana usaha peternakan rakyat yang ada di sekitar Provinsi Jambi, mulai dari sejarah berdiri, manajemen pemeliharaan, dan bagaimana pengembangan serta bagaimana perbandingan antara peternakan rakyat yang kami kunjungi di tempat yang berbeda. Selain itu, tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman baru yang belum pernah diketahui tentang hal mendasar yang berkaitan dengan ternak potong yang ada dilapangan.

Manfaat
Manfaat dari praktikum Produksi Ternak potong ini mahasiswa dibekali dengan pengalaman dan pengetahuan yang praktis, tepat guna, efisien dan aplikatif sehingga pada akhirnya mahasiswa dapat mempraktekan dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dan dengan adanya hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan, maka dapat digunakan sebagi titik acuan dan bahan perbandingan didalam menjawab segala permasalahan yang berkaitan tentang ternak potong tersebut, dan juga sebagai masukan bagi kita semua di dalam mata kuliah Produksi Ternak Potong, dan menjadi syarat di dalam memenuhi tugas praktikum dan mata kuliah Produksi Ternak Potong. Tentunya banyak sekali hal bermanfaat yang dapat diperoleh selama melaksanakan praktikum ini.


        





BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Anonim, 2010) Sebagai mana definisi dari pakan suplemen adalah bahan pakan pelengkap dari pakan utama berupa hijauan yang memenuhi unsur-unsur mikro berupa mineral, vitamin dan Asam Amino serta dengan penambahan Ampas tahu dalam pembuatan pakan suplemen tersebut.
 (Combi, 2001) menyatakan Lantai kandang sapi biasanya dibuat dari bahan semen atau tanah yang dipadatkan dan dibuat lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai bisa dialasi jerami, karpet, kayu datar, papan, atau serbuk gergaji.
(Nguntoronadi, 2010) Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah kotor serta tidak terserang kuman penyakit. Selain itu, lantai yang diberi alas juga menjadi tidak cepat rusak akibat tergerus kaki sapi. Lantai kandang harus kuat, tidak licin, dan dibuat dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang sapi untuk mempermudah penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.
 (Soeparno, 2010) Ternak ruminansia potong besar yang sering dikembangkan yaitu sapi, karena selain terbilang mudah diternakkan dan memiliki laju pertambahan bobot badan yang cukup cepat bila dipelihara dengan sistem yang baik selain itu daging yang dihasilkannya pada umumnya lebih diminati oleh masyrakat dibandingkan dengan daging ruminasia yang lain.
 (Sudarmono A.S, 2008) menyatakan bahwa sanitasi kandang dalam proses pemeliharaan ternak harus di lakukan. Kandang sangat diperlukan dalam usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong.
(Suhardono, 2005) Bahan yang digunakan sebagai dinding bisa berupa tembok beton, papan, kayu, bambu, dan bilik bambu. Kadang, dinding kandang hanya berupa tempat minum dan tempat pakan yang dibuat setinggi 0.5--1 meter dari permukaan tanah.
(Todingan, Lambe. 2010) Pemberian alas bertujuan agar kaki dan tubuh sapi tidak terluka terkena lantai semen yang kasar. Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah kotor serta tidak terserang kuman penyakit.



BAB III
MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
         Praktikum Produksi Ternak Potong ini dilaksanakan setiap hari minggu yakni pada tanggal 23 November sampai 09 Desember 2012. Praktikum ini dilakukan di Peternakan Rakyat milik Pak Satiman di Simpang Rimbo, Pak Jumono di Kumpeh dan di RPH (Rumah Potong Hewan) milik Dinas Peternakan Provinsi Jambi.

Materi
            Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap bangsa dan jenis ternak yang di kembangkan dan di pelihara, serta bagaimana manajemen pemeliharaannya dan bagaimana prosedur yang dilakukan dalam pemotongan hewan ternak hingga memperoleh karkas.

Metoda
         Pada pratikum Produksi Ternak potong metode yang digunakan adalah melekukan wawancara kepada peternak, pengamatan terhadap ternak, menejemen perkandangan maupun menejemen penggunaan limbah dari peternakan itu sendiri, dan juga melihat proses pemotongan karkas.









BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagaimana kita ketahui ternak ruminansia khususnya sapi secara genetik mampu menghasilkan susu, dan hasil produksi yang paling penting adalah dagingnya. Menurut (Soeparno, 2010) Ternak ruminansia potong besar yang sering dikembangkan yaitu sapi, karena selain terbilang mudah diternakkan dan memiliki laju pertambahan bobot badan yang cukup cepat bila dipelihara dengan sistem yang baik selain itu daging yang dihasilkannya pada umumnya lebih diminati oleh masyrakat dibandingkan dengan daging ruminasia yang lain.
Untuk memperoleh sapi yang mempunyai nilai produksi yang tinggi, kebutuhan akan pakannya sangat penting diperhatikan. Pemberian pakan secara teratur, dan pemberian pakan tambahan/ suplemen sangat baik jika dilakukan pada sapi terutama sapi pedaging, guna mendapatkan hasil produksi daging yang tinggi.
Pemberian pakan hijauan yang diberikan setiap hari, dan sebagai pakan tambahan dapat diberikan kosentrat, pakan dalam bentuk permen atau blok yang dibuat dari beberapa jenis bahan pakan yang bertujuan meningkatakan bobot badan sapi. Menurut (Anonim, 2010) Sebagai mana definisi dari pakan suplemen adalah bahan pakan pelengkap dari pakan utama berupa hijauan yang memenuhi unsur-unsur mikro berupa mineral, vitamin dan Asam Amino serta dengan penambahan Ampas tahu dalam pembuatan pakan suplemen tersebut.
Kandang merupakan tempat yang sangat vital dan sangat penting bagi kelangsungan hidup ternak. Tempat ini merupakan salah satu  tempat yang sangat erat kaitannya dengan kelangsungan kesehatan ternak dalam kandang. Ternak yang didalamnya jorok dan tidak terawat mencerminkan keadaan ternak didalamnya. kandang yang bersih, rapi, dan sirkulasinya dapat terjaga setiap hari memungkinkan ternak yang menghuni didalamnya akan merasa nyaman dan akan betah tinggal didalamnya.
Maka dari itu, (Sudarmono A.S, 2008) menyatakan bahwa sanitasi kandang dalam proses pemeliharaan ternak harus di lakukan. Kandang sangat diperlukan dalam usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong. Ukuran kandang harus disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi dan jenis kandang yang digunakan, apakah kandang individu atau kandang kelompok. Umumnya, kebutuhan luas kandang sapi per ekor sekitar 1.5 x 2.5 m, 1.5 x 2 m, atau 1 x 1.5 m. Apa pun jenis kandang yang dibuat, baik kandang kelompok ataupun individu, peternak harus memenuhi kebutuhan luas kandang per ekor tersebut.
Konstruksi kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang ekonomis dan mudah diperoleh. Di dalam kandang harus ada drainase dan saluran pembuangan Iimbah yang mudah dibersihkan. Tiang kandang sebaiknya dibuat dari kayu berbentuk bulat agar Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu bulat tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang memiliki sudut tajam.
Lantai kandang sapi biasanya dibuat dari bahan semen atau tanah yang dipadatkan dan dibuat lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai bisa dialasi jerami, karpet, kayu datar, papan, atau serbuk gergaji. Menurut (Todingan, Lambe. 2010) Pemberian alas bertujuan agar kaki dan tubuh sapi tidak terluka terkena lantai semen yang kasar. Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah kotor serta tidak terserang kuman penyakit. Selain itu, lantai yang diberi alas juga menjadi tidak cepat rusak akibat tergerus kaki sapi. Lantai kandang harus kuat, tidak licin, dan dibuat dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang sapi untuk mempermudah penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.
Kandang bakalan dan anakan biasanya hanya beralaskan semen. Sementara itu, kandang pembibitan biasanya beralaskan serbuk gergaji atau sekam. Kandang pembibitan atau persalinan membutuhkan kondisi yang mutlak kering. Karena itu, setiap periode melahirkan, serbuk gergaji harus diganti dengan yang baru
Dinding kandang tidak boleh tertutup seluruhnya, harus dibuat terbuka sebagian agar sirkulasi udara di dalam kandang lancar. Menurut (Suhardono, 2005) Bahan yang digunakan sebagai dinding bisa berupa tembok beton, papan, kayu, bambu, dan bilik bambu. Kadang, dinding kandang hanya berupa tempat minum dan tempat pakan yang dibuat setinggi 0.5--1 meter dari permukaan tanah.
Atap kandang bisa terbuat dari bahan asbes, genting, rumbia, atau seng. Kandang untuk sapi potong bisa menggunakan atap dari asbes, karena sapi potong lebih tahan terhadap panas. Kandang sapi juga boleh tidak menggunakan atap alias terbuka. Kandang terbuka yang  beratapkan langit ini biasanya digunakan untuk memelihara sapi bunting atau bakalan yang baru datang di peternakan. Kandang seperti ini membantu betina bunting untuk berlatih agar proses melahirkan bisa lancar.
Di kandang individu, biasanya terdapat lorong di tengah kandang sebagai area lalu lintas peternak atau pekerja untuk memberi pakan atau minum sapi. Lorong ini biasanya berukuran 0.5--1 meter dan dibuat dari bahan semen. Lantai semen sebaiknya diberi corak garis-garis agar tidak licin.
Selokan berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran. Selokan biasanya dibuat dengan lebar 20--30 cm dan kedalaman 10--20 cm. Selokan ini dibuat di dalam kandang di bagian ekor sapi, baik itu di kandang tunggal maupun kandang ganda. Tujuannya, agar pekerja mudah membersihkan kotoran dan urine sapi.
Bak pakan dan bak air minum dibuat di depan kandang dengan perbandingan 2 : 1. Artinya, jika panjang bak pakan satu meter, maka panjang bak air minum setengah meter. Tempat pakan dan minum ini dibuat dari bahan semen atau papan kayu dengan dasar rapat agar pakan tidak mudah tercecer. Tempat minum tidak boleh bocor dan harus mudah dibersihkan.
Selain hal di atas, ada beberapa ketentuan-ketentuan lainnya dalam pembuatan dan pengaturan kandang yang baik dan benar dan disesuaikan dengan jenis pemeliharaan. Beberapa peralatan juga sangat dibutuhkan dalam menunjang kesuksesan pemeliharaan sapi.


1.      Peternakan Pak Satiman
Peternakan pak satiman merupakan peternakan yang tergolong penggemukan maka dari itu peternakan pak satiman kurang efisien dalam memanfaatkan limabah dan pakan yang berkualitas.
Gambar literatur

ü  Tipe Kandang
Kandang deprok, yaitu kandang yang berlantaikan langsung dengan tanah tidak seperti kandang panggung. Kandang yang di gunakan di peternakan ini yaitu kandang yang berlantaikan semen dengan posisi lantai yang miring dan langsung menuju selokan agar air dan kotoran dapat langsung di bersihkan dengan mudah. Kandang di isi atap yang di gunakan yaitu atap dari genteng , pagar, pembatas antar sapi (sekat kandang) yaitu kayu bulian, di isi juga tersedia tempat pakan yaitu berbentuk kotak memanjang yang berbentuk dari semen.
Sesuai dengan pendapat (Combi, 2001) menyatakan Lantai kandang sapi biasanya dibuat dari bahan semen atau tanah yang dipadatkan dan dibuat lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai bisa dialasi jerami, karpet, kayu datar, papan, atau serbuk gergaji. Pemberian alas bertujuan agar kaki dan tubuh sapi tidak terluka terkena lantai semen yang kasar. Menurut (Nguntoronadi, 2010) Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah kotor serta tidak terserang kuman penyakit. Selain itu, lantai yang diberi alas juga menjadi tidak cepat rusak akibat tergerus kaki sapi. Lantai kandang harus kuat, tidak licin, dan dibuat dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang sapi untuk mempermudah penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.
Setelah mengamati saat melakukan praktikum di tempat Pak Satiman, kami melihat ada beberapa jenis bangsa sapi yang di pelihara di peternakan tersebut, diantaranya : sapi Bali, Sapi PO, Sapi Simmental, dan sapi Angus.
Berikut adalah Dokumentasi praktikum di peternakan rakyat milik pak satiman:
Gambar. Peternakan milik Pak Satiman

A.   SAPI BALI
Sapi Bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari banteng (Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik, hingga saat ini masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia ini sudah lama didomestikasi suku bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Sapi Bali berukuran sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping. Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih. Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang dari gumba hingga pangkal ekor.
Gambar Sapi Bali
B.   SAPI PERANAKAN ONGOLE
             Sapi PO (Peranakan Ongole), di pasaran juga sering disebut sebagai Sapi Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole (SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India

Gambar Sapi Peranakan Ongole
           Warna bulu sapi Ongole sendiri adalah putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata,  mempunyai gumba dan gelambir yang besar menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg. Bobot hidup Sapi Peranakan Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg. Saat ini Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering diartikan sebagai sapi lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir. 
            Keunggulan sapi PO ini antara lain :
  1).  Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit. 2). Pertumbuhan relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang. 3). Prosentase karkas dan kualitas daging baik.

A.   SAPI SIMMENTAL (METAL)
           Sapi Simmental di kalangan peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian peternak atau pedagang sapi kadang salah kaprah dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada yang menyebut sapi Brahman. Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan tipe sapi perah dan pedaging.
         
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjrmnXpPcAGvXMoSXfX4SH1I1fJRnHPz-lxQ7_06nze7gWYM2ncbpkZ24lvARlj_SALhm-BlQ0knfbHwbBzqFJG_iH5U2W6PqndZaDOX1RDOhbp1ES0zY-yw7Bitqvwly06bVSZpsVv4Ho/s320/SAPI+SIMENTAL.jpg
Gambar Sapi Simmental
B.     SAPI  ANGUS
Sapi Angus merupakan sapi yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus, serta mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi Brahman. Sapi Angus ini masuk ke Indonesia melalui Selandia Baru. Sapi ini juga mempunyai tingkat produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinanya mempunyai kemampuan yang sangat bagus untuk berkembang biak dan menyusui anaknya. Sapi Angus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman cross). Sapi jenis ini tidak diternakkan di DOMPI.

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEijL2rL39mYqTKq5FOR70sfMN3kp31Xc5TWGpDCw91w7_U7ElWFo2vrzKPp7Fkt7DBR-t0kz0VkOWVP5kr4JpIUUd7LD3lOM00cwqIH6ryU74KyUQNMUckQld-xMx-aa8LSEjjjB_8t4YE/s320/SP+ANGUS.jpg
Gambar Sapi Angus
Setelah melakukan pengamatan bangsa-bangsa sapi yang dipelihara, kami melanjutkan praktikum dengan melakukan pengukuran terhadap tubuh ternak, dalam pengamatan ini hanya di ambil 5 sampel sapi saja.
Hasilnya sebagai berikut :


2.      Peternakan Pak Jumono
Pada praktikum yang dilaksanakan di peternakan rakyat milik kelompok tani yang dipimpin oleh pak Jumono di desa Pudak, Kumpeh, kami melakukan pengukuran terhadap 5 ekor ternak yang kami jadikan sebagai sampel dalam pengamatan.
UKURAN-UKURAN  TUBUH
            Perubahan ukuran tubuh ternak dapat dijadikan  sebagai indikator pertumbuhan ternak. Perubahan  pada ukuran tubuh ternak menunjukkan apakah  ternak menga lami pertumbuhan atau tidak.

Mengukur Lingkar Dada
             Lingkar Dada (LD)  merupakan salah satu  dimensi tubuh yang dapat digunakan sebagai indikator  mengukur pertumbuhan dan perkembangan ternak.  Pengukuran lingkar dada diukur pada tulang rusuk  paling depan persis pada belakang kaki depan.  Pengukuran lingkar dada dilakukan  dengan  melingkarkan pita ukur pada badan. Cara Mengukur  Lingkar Dada
Teknik pengukuran yang baik dapat dilakukan  dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.      Siapkan pita ukur dengan  panjang minimal 200  cm
2.      Siapkan buku data untuk mencatat hasil pengukuran lingkar dada
3.      Pengukuran lingkar dada dilakukan simultan setelah ternak ditimbang
4.      Pastikan ternak sudah tenang dan berdiri dengan posisi yang tegak
5.      Catat angka lingkar dada yang terukur pada pita  ukur kedalam buku data

Mengukur Tinggi Panggul
Tinggi panggul adalah jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba atau di belakang punuk untuk sapi Hisar dan Ongole.
Cara Mengukur Tinggi Panggul
1.      Siapkan mistar ukur berbentuk L dan siapkan ternak yang akan diukur
2.      Siapkan buku untuk pengisian data
3.      Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami.
4.      Ukurlah ternak dengan menempatkan mistar ukur tegak lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas gumba.
5.      Catat hasil pengukuran pada buku data yang telah disiapkan

Cara Mengukur Tinggi Pinggul :
  1. Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang  rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami.
  2. Ukurlah ternak dengan menempatkan mistar ukur tegak lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas pinggul
  3. Catatan hasil pengukuran pada buku data yang  telah disiapkan

Mengukur  Panjang Badan
           Panjang badan adalah panjang dari titik bahu ke  tulang duduk (pin bone).
Cara Mengukur Panjang Badan :
1. Siapkan alat berupa mistar ukur berbentuk lurus.
2. Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang  rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara 
    alami.
3. Ukur ternak dengan menempatkan mistar ukur  pada bagian titik bahu sampai pada tulang duduk
4. Catatan hasil pengukuran pada form isian yang  telah disiapkan


Hasil yang diperoleh setelah melakukan pengukuran terhadap 5 ekor sapi sebagai berikut :
Indikator
Sapi Bali
(cm)
Sapi Bali
(cm)
Sapi Bali
(cm)
Simmental
(cm)
Sapi Bali
(cm)
Tinggi gumba
102
128
112
114
102
Tinggi kemudi
111
126
114
116
102
Dalam dada
51
55
53
80
50
Lingkar dada
146
156
160
185
122
Panjang tubuh
85
111
114
132
92
Lebar dahi
11
18
19
22
14
Panjang kepala
28
45
38
44
35
Lebar pipi
5
10
8
15
10
Lingkar flank
140
153
156
182
118
Lebar pantat
18
21
22
30
24
Lebar dada
13
17
19
27
20


KARKAS
Penilaian ternak setelah di potong
          Karkas ruminansia adalah bagian dari ternak ruminansia yang didapatkan dengan cara disembelih secara halal dan benar, dikuliti, dikeluarkan darahnya, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala, kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta lemak yang berlebih kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain melalui pendinginan yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI) sehingga lazim dan layak dikonsumsi oleh manusia. Sedangkan Daging adalah bagian dari karkas yang didapatkan dari ternak yang disembelih secara halal (kecuali babi) dan benar serta lazim, layak, dan aman dikonsumsi manusia, yangterdiri dari potongan daging bertulang atau daging tanpa tulang lainnya kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain daripada pendinginan, termasuk daging variasi dan daging olahan.
  1. Daging Variasi (variety meats, fancy meats, co-products) adalah bagian dari ternak yang didapatkan dengan cara disembelih secara halal dan benar selain karkas, kulit dan darah, yang dapat dikonsumsi oleh manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain daripada pendinginan.
  2. Daging Olahan adalah daging yang diproses dengan cara atau metoda tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan yang dilakukan secara halal, dan benar serta lazim, layak, dan aman dikonsumsi oleh manusia.
  3. Daging Untuk Pakan Hewan adalah daging yang tidak layak dikomsumsi oleh manusia dan hanya diperuntukkan bagi pakan hewan.
  4. Jeroan (edible offal) adalah bagian dari dalam tubuh hewan yang berasal dari ternakruminansia yang disembelih secara halal dan benar serta dapat, layak, dan amandikonsumsi oleh manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain daripada pendinginan.

Setelah melakukan praktikum di Rumah Potong Hewan (RPH) Dinas Peternakan Kota Jambi maka hasil yang diperoleh sebagai berikut :

   
   
    


Prosedur pemotongan Sapi meliputi :
Pemotongan Sapi → Pengeluaran Darah → Sapi dibersihkan(di siram air) → Proses Pengulitan → Di diamkan → Pengeluaran Isi Rongga Dada
Waktu yang diperlukan dalam pemotongan:
-          Pengeluaran darah : 4 menit 55 detik
-          Proses Pengulitan : 13 menit 3 detik
-          Di biarkan : 5 menit 59  detik
-          Pengeluaran isi rongga dada : 6 menit 11 detik
-          Memotong daging karkas : 15 menit 57 detik






















BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
            Dalam pratikum yang telah kita laksanakan dapat kita ketahui bahwa system perkandangan yang banyak digunakan adalah tipe kandang deprok karena banyak mempunyai kelebihan yang lebih unggul di bandingkan dengan system perkandangan yang lain. Kebanyakan sapi yang dipelihara di peternakan rakyat adalah jenis bangsa sapi Bali, meskipun juga terdapat jenis bangsa sapi seperti sapi PO dan Simmental. Akan tetapi, yang lebih dominan ialah jenis bangsa sapi Bali.
Untuk memperoleh karkas di Rumah Potong Hewan melalui beberapa prosedur, diantaranya dimulai dari pengeluaran darah, pembersihan sapi, proses pengulitan, pendiaman selama beberapa menit, pengeluaran isi rongga dada, pemotongan karkas.

Saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang dan juga sebaiknya, praktikan harus memperhatikan saat asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan. Praktikan harus menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung, agar suasana praktikum jadi nyaman. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua.





DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010.  Tilik Ternak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik
Combi. 2001. Produktivitas Sapi .Australian Commercial Cross yang Dipelihara
secara Feedlot pada Lama Penggemukan yang Berbeda. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Nguntoronadi, 2010. Tilik Ternak.http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik
Soeparno. 2010. Ilmu dan Teknologi Ruminansia. Cetakan kedua. Gadjah Mada
University Press. Yogyakarta.
Sudarmono. A. S., 2008. Sapi Potong.Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhardono. 2005. Ketersediaan teknologi veteriner dalam mendukung
pengembangan ternak kerbau. Balai Penelitian Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor.
            Todingan, Lambe. 2010. Pemilihan Dan Penilaian Ternak Sapi Potong Calon
Bibit.Sulawesi Selatan.
            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar