TUGAS
PRODUKSI TERNAK POTONG
“Makalah
Osteologi (Tulang Tengkorak)”
OLEH
:
Erwin Saputra Siregar E10012136
Eko B Rohmadhan E10012144
Betriya Elsa E10012120
Eka Setiawan E10012135
Gabrela A Dina E10012122
Hendra J Tarigan E10012145
Resa Purnama E10012119
FAKULTAS
PETERNAKAN
UNIVERSITAS JAMBI
2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat rahmat dan karunia-Nya lah penulis dapat
menyelesaikan Makalah Produksi Ternak Potong “Osteologi (Tulang Tengkorak)”.
Penulis mengucapkan
terima kasih kepada semua pihak yang telah mendukung dalam proses penyelesaian
laporan ini.
Penulis menyadari masih
banyak terdapat kesalahan dan kekurangan dalam penulisan, oleh karena itu saran
dan kritik yang membangun sangat penulis butuhkan. Atas perhatiannya penulis
ucapkan terima kasih.
Jambi,
Januari 2014
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
KATA
PENGANTAR......................................................................... i
DAFTAR
ISI......................................................................................... ii
PENDAHULUAN................................................................................. 1
Latar Belakang............................................................................ 1
Rumusan
Masalah....................................................................... 2
Tujuan dan Manfaat.................................................................... 2
HASIL DAN PEMBAHASAN............................................................ 3
PENUTUP............................................................................................. 24
Kesimpulan.................................................................................. 24
DAFTAR
PUSTAKA
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Osteologi adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton).Osteologi
berasal dari kata os dari bahasa latin dan osteon dari bahasa yunani yang
artinya adalah tulang . Tulang merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu
individu yang mulai tumbuh dan berkembang sejak masa embrional . Sistem tulang
merupakan salah satu hasil perkembangan dari sel-sel mesoderm pola bangunan
tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari puluhan atau
ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan atau kelompok
yang disebut dengan Kerangka, dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi dengan
tulang rawan (Cartilago) dan Ligamenta (pita pengikat).
Pada vertebrata, skeleton tersusun atas kartilago, tukang dan kombinasi
keduanya. Skeleton mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai pengungkit, dan
memperkuat penyokong, gerak dan prehensi selai itu sebagai pelindung,
memberikan kekekrasan dan bentuk pada tubuh, berperan sebagai pengungkit,
cadangan mineral dan memberikan fasilitas untuk pembentukan darah.
Hewan Vertebrata ada yang mempunyai rangka luar (eksoskeleton)dan ada pula
rangka dalam (endoskeleton). Rangka luar berupa sisik yang terdapat pada
pisces, sedangkan rangka berupa tulang terdapat pada semua vertebrata.
Kerangka dari berbagai jenis hewan memiliki ruas yang tidak sama misalnya
kuda : 205 ruas tulang, manusia : 206 ruas tulang, sapi 191-193 ruas tulang dan
ayam : tidak melebihi dari 160 ruas tulang . Perbedaan ruas tulang pada
berbagai jenis hewan ini karena adanya peyesuaian pola dasar dari jenis-jenis
hewan tersebut yang diserasikan dengan perkembangan phylogeniknya .
Dari segi bentuk, tulang dapat dibedakan menjadi : tulang pipa, tulang pipih,
dan tulang pendek. Menurut letaknya tulang dibagi menjadi dua, yaitu tulang
tengkorak dan rangka badan. Itulah sebabnya kita perlu mempelajari mata kuliah
anatomi suatu ternak, karena tulang atau kerangka adalah penopang tubuh
vertebrata. Tanpa tulang, pasti tubuh seseorang tidak dapat berdiri atau tegak
secara sempurna.
Rumusan
masalah
1.
Apa yang dimaksud dengan Osteologi?
2.
Bagaimana pembagian kerangka?
3.
Struktur tulang terdiri dari apa saja?
4.
Apa saja bagian dari tengkorak kepala?
Tujuan dan Manfaat
Dilakukannya praktikum anatomi mempunyai tujuandan kegunaan yaitu untuk
mengetahui dan memahami dengan seksama sistem rangka pada vertebrata serta
fungsi - fungsinya , selain itu dapat mengetahui bagian dari sistem dan
mengetahui bentuk dan letak dari tulang-tulang atau sistem rangka, serta
mengetahui kelainan-kelainan yang terjadi pada tulang.
PEMBAHASAN (ISI)
OSTEOLOGY
(Sistim Pertulangan Dan Hubungannya)
Osteologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Osteologi berasal
dari kata os yang (latin) dan osteon (Yunani) yang berarti tulang. Tulang
merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan
berkembang sejak masa embrional. Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil
perkembangan dari sel-sel mesoderm.
Pola
bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari
puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan
atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka
disebut juga skeleton (Yunani = kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi
dengan tulang rawan (cartilago) dan ligamenta (pita pengikat). Kerangka pada
ternak termasuk dalam endoskeleton.
Fungsi skeleton pada suatu individu
(endoskeleton) :
- Sebagai penunjang tubuh.
- Untuk memberi bentuk pada hewan
- Sebagai tempat melekatnya urat daging (otot).
- Untuk melindungi (proteksi) organ-organ tubuh yang lunak dan mudah rusak, misal : organ visceral, otak dll.
- Sebagai cadangan unsur-unsur kimia penyusun tubuh misal : cakium & phospor.
- Sebagai alat gerak pasip, dalam hal ini akan bekerjasama dengan otot-tot yang bertaut padanya.
Kerangka
dari berbagai jenis hewan memiliki jumlah ruas yang tidak sama misalnya :
- kuda = 205 ruas tulang
- manusia = 206 ruas tulang
- sapi = 191 - 193 ruas tulang
- ayam = tidak lebih dari 160 ruas tulang
Perbedaan jumlah ruas tulang pada berbagai jenis hewan ini karena adanya penyesuaian pola dasar dari jenis-jenis hewan tersebut yang diserasikan dengan perkembangan phylogeniknya. Namun pada umumnya berbegai jenis hewan tersebut mempunyai dasar macam tulang yang sama. Beberapa contoh dapat dikemukakan seperti daftar berikut :
Macam Tulang
|
Hewan
|
Jumlah Ruas
|
Vertebrae cervicalis
|
Kuda
|
7
|
Sapi
|
7
|
|
Babi
|
7
|
|
Anjing
|
7
|
|
Ayam
|
13-14
|
|
Vertebrae thoracalis
|
Kuda
|
18-19
|
Sapi
|
13
|
|
Babi
|
14-15
|
|
Anjing
|
13
|
|
Ayam
|
7
|
Perbedaan
jumlah ruas tulang selain karena perbedaan jenis hewan juga dipengaruhi oleh
faktor umur. Pertambahan umur tidak selalu diikuti dengan bertambahnya tulang,
tetapi dapat pula sebaliknya, yaitu jumlahnya menjadi berkurang karena beberapa
ruas tulang tumbuh menyatu (synostosis).
Ditinjau dari fungsi dan letaknya
kerangka dikelompokkan menjadi 3 yaitu
- Ossa axialis (axial skeleton) berfungsi sebagai penunjang utama kerangka poros tubuh yang terdiri atas cranium (tengkorak), columna vertebralis, costae dan sternum.
- Ossa apendicularis (appendicular skeleton) merupakan kerangka tambahan terdiri atas tulang-tulang anggota gerak ( kaki depan dan belakang / extremitas cranialis et caudalis).
- Ossa visceralis (visceral skeleton) tulang-tulang jerohan yang terdiri dari beberapa tulang khusus yang tumbuh pada alat visceral dan hanya terdapat pada hewan-hewan tertentu misalnya os cordis pada jantung sapi tua, os penis pada penis anjing dan kucing, os glandis pada kucing.
Ditinjau
dari bentuknya dibagi menjadi 4 kelompok yaitu :
- Ossa longa/tulang panjang (long bone), tulang yang berbentuk panjang, silindris seperti pipa dengan ujung-ujungnya membesar, biasanya didalamnya terdapat cavum medullare (rongga sumsum). Bagian ujung atas (proximal) disebut caput, ujung bawah disebut condylus sedang batangnya/tengah disebut corpus. Umumnya bagian ujung proximal lebih besar daripada ujung distal. Contohnya tulang-tulang anggota gerak (os femur, os humerus)
- Ossa plana/tulang pipih (flat bone), tulang yang berbentuk pipih yang berfungsi sebagai tempat pertautan otot maupun sebagai pelindung organ-organ yang lunak, misalnya os scapula, ossa costae (tulang-tulang rusuk), ossa cranii (tulang-tulang tengkorak : os frontalis, os nasalis).
- Ossa brevia/tulang pendek (short bone), tulang-tulang berbentuk pendek, kecil, mempunyai panjang dan lebar hampir sama, pada umumnya berbentuk masif dan mendekati bentuk kubus. Fungsinya adalah untuk memecah benturan atau sebagai penyebar/pemerata tekanan (mis : ossa carpi dan ossa tarsi) atau untuk mengurangi geseran dan perubahan arah dari tendo (ossa sesamoidea).
- Ossa irregularis/tulang tak beraturan (irregular bone), tulang-tulang yang tidak teratur bentuknya, fungsinya bermacam-macam dan tidak spesifik. Letaknya kebanyakan disekitar bidang median tubuh dan merupakan tulang tunggal, misal : os vertebrae, basis cranii dan sebagainya.
Dengan
mempelajari osteologi ini kita dapat menyusun kembali (merekonstruksi)
tulang-tulang menjadi suatu kerangka sebagaimana mestinya.
STRUKTUR
TULANG
Secara
makroskopis struktur tulang dapat dipelajari dengan baik apabila dilakukan
pembelahan memanjang (longitudinal) pada tulang panjang sehingga terlihat dua
bagian tulang yang mudah dibedakan :
- Substantia compacta merupakan dinding tulang yang tebal, keras, padat (kompak). Pada umumnya menempati bagian diaphyse tulang. Pada tulang panjang, daerah ini memiliki rongga yang disebut cavum medullare sebagai tempat sumsum tulang (medulla osseum).
- Substantia spongiosa merupakan bagian yang berstruktur seperti bunga karang (berkisi-kisi). Pada umumnya terletak dibagian epiphyse dari tulang panjang. Struktur menyerupai bunga karang yang tersusun oleh lempengan-lempengan (trabeculae) yang tidak teratur dan berhubungan satu sama lain membentuk anyaman. Struktur semacam ini sangat kuat dan tidak mudah patah, karena disesuaikan dengan kebutuhan mekanis untuk menanggulangi tekanan dan tarikan terhadap tulang tersebut dalam menjalankan fungsinya sebagai alat penunjang atau alat gerak. Disamping itu penyusunan struktur semacam ini juga melaksanakan prinsip efisiensi dalam penggunaan bahan-bahan tulang. Rongga-rongga antar kisi juga berisi sumsum tulang, sehingga disebut ruang-ruang sumsum (cellulae medullare/marrow space). Pada tulang pendek struktur semacam ini menempati keseluruhan bagian tengah dari tulang tersebut.
Pada tulang pipih, substansia compacta terdiri dari dua lapis yang dipisahkan oleh substansia spongiosa. Kedua lapis substansia kompakta masing-masing disebut lamina externa yang diluar dan lamina interna/tabula vitrea yang didalam. Susunan tulang semacam ini disebut diploe dan banyak didapatkan pada tulang-tulang tengkorak.
Permukaan
tulang disebelah luar dilapisi oleh jaringan ikat padat tak teratur (irregular)
merupakan suatu membran yang disebut periosteum, sedang permukaan dalamnya
dilapisi jaringan yang sama disebut endosteum. Pada keadaan tertentu jaringan
pembalut tulang ini dapat membentuk jaringan tulang baru. Terdapat perbedaan
antara fungsi periosteum dengan endosteum yaitu fungsi periosteum adalah :
- sebagai alat penyokong pembuluh darah dan syaraf yang masuk ke tulang
- sebagai tempat melekatnya tendo atau ligamenta
- sebagai alat pertumbuhan dan penyembuhan tulang
Sedangkan
endosteum serupa dengan periosteum ditambah dengan sifat haemopoetic yaitu
dapat membentuk butir-butir darah merah atau putih. Didalam rongga-rongga
tulang berisi sumsum tulang (medulla osseum) yang berfungsi juga sebagai
pembuat sel-sela darah. Pada individu dewasa dikenal dua macam medulla osseum
yaitu sumsum merah medulla osseum rubra yang benar-benar berfungsi sebagai
pembuat sel darah merah dan sumsum kuning (medulla osseum flava) yang merupakan
jaringan lemak. Pada masa embryonal sampai dengan neo-natal di dalam tulang
hanya terdapat medula osseum rubra saja. Semakin meingkatnya umur pada beberapa
tempat medulla osseum rubra akan diganti oleh medulla osseum flava sehingga
medulla osseum rubra hanya terdapat pada ossa vertebrae, os sternum, os costae
dan ossa cranium.
VASCULARISASI
DAN INERVASI TULANG
Tulang
merupakan jaringan hidup oleh karenanya juga memerlukan distribusi makanan.
Untuk itu tulang juga dilengkapi dengan pembuluh-pembuluh darah yang banyak
bercabang pada periosteum dan ranting-rantingnya menyusup ke dalam lapisan
tulang melalui foramen nutricia. Perjalanan sabut syaraf pada umumnya mengikuti
pembuluh darah. Dikenal ada sabut syaraf vasomotor yang mengatur persyarafan
pembuluh darah dan sabut syaraf sensible yang mensyarafi tulang itu sendiri.
Oleh karena itu rasa sakit dapat timbul pada tulang disebabkan oleh
syaraf-syaraf sensibel tersebut.
STRUKTUR
KIMIA TULANG
Bila
dianalisis secara kimiawi, tulang tersusun atas bahan organik dan anroganik
dengan perbandingan 1:2. Formula yang demikian menyebabkan tulang memiliki
kelenturan yang sangat terbatas, dibalik kekerasan yang menjadi kekuatan
tulang. Bila tulang dipanaskan dengan temperatur tinggi maka bahan organiknya
akan luruh sehingga tulang menjadi amat rapuh dan lebih ringan dari berat
semula (proses pembuatan tepung tulang). Bahan organik terdiri dari ossein
(protein) yang apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Sebaliknya bila
tulang tersebut dihilangkan bahan anorganiknya dengan cara decalsifikasi (misal
dimasukkan ke dalam larutan asam kuat) maka ia akan kehilangan sifat kerasnya
tanpa merubah bentuknya sehingga konsistensinya menjadi fleksibel, lentur (agak
elastis) dan liat. Jadi yang tinggal adalah zat-zat organisnya
(gelatin/protein), karena itu zat organis tersebut merupakan pola untuk memberi
bentuk pada tulang. Ditinjau dari sudut kimiawi, substansia compacta dan
substansia spongiosa tersebut sama saja yaitu terdiri dari zat-zat organis
(protein) dan zat-zat anorganis yang terdiri atas :
- calsium phospat = 57,33 %
- calsium carbonat = 3,85 %
- magnesium phospat = 2,05 %
- natrium chloride & natrium carbonat = 3,45 %
- gelatin (protein) = 33,30 %
PENULANGAN
(OSTEOGENESIS)
Telah
diketahui bahwa tulang berasal dari perkembangan mesoderm yang terdiri dari
sel-sel mesencym. Bila akan membentuk tulang, sel mesencym akan mengalami
deferiansi menjadi sel bakal tulang (osteoblast) yang selanjutnya akan menjadi
sel tulang (osteosit). Proses pembentukan tulang disebut ossifikasi
(osteogenesis).
Ada dua macam osteogenesis yaitu
Ada dua macam osteogenesis yaitu
- Osteogenesis intramembranosa (osteogenesis desmalis = osteogenesis primer) yaitu suatu proses penulangan secara langsung. Osteoblast yang tumbuh menjadi osteosit akan mempengaruhi zat-zat disekitarnya (matriks) yang mula-mula cair akan menjadi kental, kemudian membentuk osteoid. Osteoid akan mengeras karena proses pengapuran (cakification), sehingga akan mengurung osteosit. Disinilah mulai terbentuk pulau tulang pertama, dan tempat proses ini disebut titik penulangan (punctum ossification). Contoh tulang yang pembentukannya melalui proses ini pada umumnya terjadi pada tulang pipih misalnya os frontalis, os parietalis.
- Osteogenesis intracartilaginosa (osteogenesis endochondralis = osteogenesis sekunder) yaitu suatu proses penulangan tidak langsung, selalu didahului dengan terbentuknya tulang rawan (cartilago) dan prosesnya lebih kompleks. Jaringan mesencym mula-mula membentuk tulang rawan hyalin yang sekaligus merupakan pola tulang yang akan dibentuk. Pertumbuhan sampai menjadi tulang berlangsung melalui tahap berikut :
- pertumbuhan sel-sel tulang rawan : sel-sel mesencym menjadi sel calon tulang rawan (chondroblast) kemudian melanjut menjadi sel tulang rawan (chondrocyte)
- perbanyakan dan pembesaran chondrocyte yang berderat-deret menurut poros panjang tulang.
- pengapuran matriks tulang rawan
- pergantian tulang rawan yang mengapur dengan tulang secara proses penulangan langsung.
- Proses ini umumnya dimulai dari kedua ujung bakal tulang (bakal epiphyse), sedang ditenha batang tulang yang juga merupakan pusat penulangan prosesnya berlangsung secara primer. dengan demikian tulang yang proses pembentukannya secara tidak langsung sekurang-kurangnya memiliki tiga punctum ossifikasi.
Ditinjau
dari letak pertumbuhan tulang, dapat dibedakan menjadi :
- Pertumbuhan interstitial, yaitu pertumbuhan dari tengah jaringan.
- Pertumbuhan oppositional, yaitu pertumbuhan dari sisi tulang, biasanya berasal dari perichondrium atau periosteum yang menjadi tulang secara langsung.
PENULANGAN
(OSTEOGENESIS)
Bila
dianalisis secara kimiawi, tulang tersusun atas bahan organik dan anorganik
dengan perbandingan 1 : 2. Formula yang demikian menyebabkan tulang memiliki
kelenturan yang sangat terbatas, dialik kekerasan yang menjadi kekuatan tulang.
Bila tulang dipanaskan dengan temperatur tinggi, maka bahan organiknya akan
luruh tanpa merubah bentuknya, sehingga tulang menjadi amat rapuh dan lebih
ringan dari berat semula. Bahan organik tulang terdiri dari ossein (protein),
yang apabila direbus akan menghasilkan gelatin. Sebaliknya, bila tulang
tersebut dihilangkan bahan organiknya dengan cara decalsifikasi (misalnya
dimasukkan ke dalam larutan asam kuat), maka ia akan kehilangan sifat kerasnya
tanpa merubah bentuknya, sehingga konsistensinya menjadi lentur dan liat. Berat
jenis tulang adalah 1,9. Warna tulang segar adalah putih kekuningan, dan
apabila direbus akan menjadi putih bersih.
Komposisi
tulang adalah :
- Gellatin 33,3 % (organik)
- Calcium Phosphat 57,35 %
- Calcium Carbonat 3,85 %
- Magnesium Phosphat 2,05 %
- Natrium Carbonate & Chloride 3,45 %
Osteologi Sapi Kerangka sapi terdiri atas unit kelompok tulang yang merupakan struktur hidup. Bentuk dan ukuran kerangka tubuh sangat bervariasi tergantung pada umur, jenis kelamin, bangsa, dan jenis hewan. Keragka tersebut berfungsi melindungi organ dalam, sebagai cadangan mineral, memberikan bentuk atau perwujudan tubuh, dan tempat perlekatan otot daging dan tulang rawan. Kurang lebih sepertiga berta tulang terdiri atas kerangka organic yang berupa jaringan fibrosa dan sel-sel. Sedangkan dua pertiga lainnya terdiri atas komponen anorganik yang disimpan pada kerangka organik. Dibawah ini akan kami paparkan gambar osteo sapi. Mulai dari osteo lengkap,kepala-leher, abdomen thorax,extremitas cranialis dan extremitas caudalis.
Osteo Sapi Lengkap
1.
maxilla
2.
mandibula
3.
Atlas
4.
axis
5.
vertebra cervicalis VI
6.
vertebra thoracica I
7.
vertebra thoracica VII
8.
vertebra thoracica XIII
9.
vertebra lumbalis V
10.
os sacrum
|
11.
vertebrae coccgeae
12.
costa I
13.
costa XIII
14.
cartilagines costales
15.
sternum
16.
scapula
17.
humerus
18.
ulna
19.
radius
|
20.
ossa cappi
21.
os metacarpal
22.
ossa digitorum manus
23.
os coxae
24.
os femoris
25.
tibia
26.
ossa tarsi
27.
os metatarsal III et IV
28.
ossa digitorum pedis
|
Osteo kepala – leher
|
|
|
Kepala Sapi
Keterangan :
a. Osincisium
b. Osnasale
c. Oslacrimale
d. Oszygomaticum
e. Osfrontale
f. Osparietale
g. Pars
squamosal (ostemporale)
h. Os maxilla
i. Pars petrosa (ostemporale)
Keterangan :
1.
Tuber faciale
2.
Bulla lacrimalis
3.
Processusfrontalis (oszygomaticum)
4.
Processuszygomaticus (osfrontale)
5.
Processus temporalis (oszygomaticum)
6.
Processuszygomaticus (ostemporale)
7.
Processuscornualis
8.
Processusjugularis
9.
Bulla tympanica
10.
Processusmuscularis
keterangan :
a.
Oslacrimale
b.
Oszygomaticum
c.
Os maxilla
d.
Osfrontale
e.
Osparietale
f.
Pars squamosal
(ostemporale)
g.
Osocipitale
h.
Pars petrosa
(ostemporale)
Keterangan :
1.
Bulla lacrimalis
2.
Processuscornualis
3.
Processuszygomaticus (osfrontale)
4.
Processusfrontalis (oszygomaticum)
5.
Processus temporalis (oszygomaticum)
6.
Processuszygomaticus (ostemporale)
7.
Processusjugularis
8.
Bulla tympanica
9.
Processusmuscularis
Tulang kepala sapi tampak dorsal
Keterangan
:
1.
Suturainterfrontalis
2.
Processuscornualis
a. Osfrontale
b. Oslacrimale
c. Oszygomaticum
d. Os maxilla
e. Osnasale
Kepala Sapi Tampak
Ventral.
Keterangan :
a.
Osincisivum
b.
Os maxilla
c.
Ospalatinum
Tampakventral
a. . . . . . .
b. Ospalatinum
c. Osfrontale
d. Ostemporale
e. Ospterygoideum
f. Osvomer
g. Ossphenoidale
h. Osocipitale
1.
Foramen palatinummajus
2.
Tuber maxillae
3.
Lamina perpendicularis (ospalatinum)
4.
Hamuluspterygoideus
5.
Bulla tympanica
6.
Condyles ocipitalis
7.
Processusjugularis
8.
Processusmastoideus
9.
Foramen magnum
Tulang Kepala Sapi
Tampak Ventral
Keterangan :
a. Osoccipitale
b. Ossphenoidale
c. Osvomer
d. Osfrontale
e.
Ospterygoideum
PENUTUP
Kesimpulan
Osteologi
adalah ilmu yang mempelajari tentang kerangka (skeleton). Osteologi berasal
dari kata os yang (latin) dan osteon (Yunani) yang berarti tulang. Tulang
merupakan bagian tubuh atau organ dari suatu individu yang mulai tumbuh dan
berkembang sejak masa embrional. Sistim pertulangan merupakan salah satu hasil
perkembangan dari sel-sel mesoderm.
Pola
bangunan tubuh suatu individu ditentukan oleh kerangka yang disusun dari
puluhan atau ratusan tulang. Tulang-tulang tersebut membentuk suatu susunan
atau kelompok tulang yang disebut dengan kerangka. Tulang-tulang kerangka
disebut juga skeleton (Yunani = kering) dalam melaksanakan fungsinya dilengkapi
dengan tulang rawan (cartilago) dan ligamenta (pita pengikat). Kerangka pada
ternak termasuk dalam endoskeleton.
DAFTAR PUSTAKA
Brotowidjoyo,
Mukayat Djarubito. 1990. ZOOLOGI DASAR. Erlangga. Jakarta.
Djuhanda, T. 1983. Anatomi dari
Empat Spesies Hewan Vertebrata. Armico.
Bandung
Jasin, Maskoeri. 1992. ZOOLOGI
VERTEBRATA untuk Perguruan Tinggi. Sinar
Wijaya.
Surabaya.
Kimball, J. W.
1983. Biologi. Jilid III. Erlangga : Jakarta.
Mintohari,
dkk. 2005. Hewan-Hewan Vertebrata. Prima Jaya. Bandung
Neil A. Campbell
dkk. 2003. BIOLOGI Edisi Kelima-Jilid 2. Erlangga. Jakarta.
Priyono, S. M. and Subiandono.
1991. Identification of Live Mammals, Live Birds
and Reptiles In
Procording The Cities Plants and Animals Seminar for
Asia
and Oceania Region. PHPA. Jakarta
Sukiya. 2003. Biologi
Vertebrata. Yogyakarta press. Universitas Negeri
Yogyakarta.
Syamsuri,Istamar.
2004. Biologi. Widya Utama. Jakarta
Tim Pembina Mata Kuliah. 2012.
Penuntun Praktikum Lapangan Zoologi
Vertebrata.
FKIP UNTAD. Palu
Zug. 1993. Mengenal
Amphibi. http:// Wikipedia/org.2009.Wordpress.com
mana gambarnya mbk? ndak ada, seharusnya kalau copass dari ms.wordnya mbknya jangan di copass sama gambarnya.akibatnya gambar nggak akan keluar di blog. gambarnya ngapluod sendiri yang ada icon sperti galery,
BalasHapus