BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sapi
potong sebagai penghasil daging dan merupakan salah satu sumber protein hewani
yang merupakan bahan pangan bagi masyarakat, oleh karena itu untuk mengimbangi
permintaan daging asal sapi potong oleh masyarakat sebagai bahan pangan, maka
daging asal sapi potong ini selalu tersedia setiap waktu. Ketersediaan daging
asal sapi potong ini dapat dilakukan dengan cara meningkatkan produksi daging
sapi potong.
Namun pemeliharaan sapi potong di Indonesia
dilakukan ada yang secara ekstensif, semi intensif, dan intensif. Pada umumnya
sapi-sapi yang dipelihara secara intensif hampir sepanjang hari berada dalam
kandang dan diberikan pakan sebanyak dan sebaik mungkin sehingga cepat gemuk,
sedangkan cara ekstensif sapi-sapi tersebut dilepas dipadang pengembalaan dan
digembalakan sepanjang hari. Selain itu juga bibit (genetic) sapi potong yang
dipelihara menjadi suatu pertimbangan agar sesuai dengan kondisi lingkungan
tempat sapi potong itu dikembangkan.
Selain dari bibit yang digunakan
juga factor penentu dalam keberhasilan usaha sapi potong itu adalah bahan pakan
yang digunakan. Hijauan merupakan bahan pokok bagi sapi potong yang merupakan
ternak ruminansia, namun kandungan gizi yang terdapat pada hijauan belum mampu
memenuhi kebutuhan zat-zat makanan yang dibutuhkan oleh sapi potong baik untuk
hidup pokok maupun untuk produksi, oleh karena itu sangat diperlukan pakan
tambahan seperti konsentrat. Disamping itu juga sangat dibutuhkan bioteknologi
terhadap bahan pakan sapi potong dalam upaya meningkatkan kecernaan, khususnya
bahan pakan berasal dari limbah industry dan limbah pertanian dan perkebunan.
Apabila bibit dan bahan pakan yang
diberikan pada sapi potong sudah diperhatikan, maka produksi sapi potong akan
meningkat. Untuk melihat peningkatan dari produksi sapi potong khususnya
produksi daging ini dapat dilihat dari bobot daging karkas ini bahkan dari
irisan komersial pada karkas sapi potong.
Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Tujuan
praktikum produksi ternak potong ini adalah untuk melihat bagaimana usaha
peternakan rakyat yang ada di sekitar Provinsi Jambi, mulai dari sejarah
berdiri, manajemen pemeliharaan, dan bagaimana pengembangan serta bagaimana perbandingan
antara peternakan rakyat yang kami kunjungi di tempat yang berbeda. Selain itu,
tujuan dari praktikum ini ialah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman baru yang
belum pernah diketahui tentang hal mendasar yang berkaitan dengan ternak potong
yang ada dilapangan.
Manfaat
Manfaat
dari praktikum Produksi Ternak potong ini mahasiswa dibekali dengan pengalaman
dan pengetahuan yang praktis, tepat guna, efisien dan aplikatif sehingga pada
akhirnya mahasiswa dapat mempraktekan dan menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Dan dengan adanya hasil dari praktikum yang telah dilaksanakan,
maka dapat digunakan sebagi titik acuan dan bahan perbandingan didalam menjawab
segala permasalahan yang berkaitan tentang ternak potong tersebut, dan juga
sebagai masukan bagi kita semua di dalam mata kuliah Produksi Ternak Potong,
dan menjadi syarat di dalam memenuhi tugas praktikum dan mata kuliah Produksi
Ternak Potong. Tentunya banyak sekali hal bermanfaat yang dapat diperoleh
selama melaksanakan praktikum ini.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
(Anonim,
2010) Sebagai mana definisi dari pakan suplemen adalah bahan pakan pelengkap
dari pakan utama berupa hijauan yang memenuhi unsur-unsur mikro berupa mineral,
vitamin dan Asam Amino serta dengan penambahan Ampas tahu dalam pembuatan pakan
suplemen tersebut.
(Combi, 2001) menyatakan Lantai kandang sapi
biasanya dibuat dari bahan semen atau tanah yang dipadatkan dan dibuat lebih
tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai bisa dialasi jerami, karpet, kayu datar,
papan, atau serbuk gergaji.
(Nguntoronadi,
2010) Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah kotor serta
tidak terserang kuman penyakit. Selain itu, lantai yang diberi alas juga
menjadi tidak cepat rusak akibat tergerus kaki sapi. Lantai kandang harus kuat,
tidak licin, dan dibuat dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang
sapi untuk mempermudah penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.
(Soeparno, 2010) Ternak ruminansia potong
besar yang sering dikembangkan yaitu sapi, karena selain terbilang mudah
diternakkan dan memiliki laju pertambahan bobot badan yang cukup cepat bila
dipelihara dengan sistem yang baik selain itu daging yang dihasilkannya pada
umumnya lebih diminati oleh masyrakat dibandingkan dengan daging ruminasia yang
lain.
(Sudarmono A.S, 2008) menyatakan bahwa sanitasi kandang dalam proses pemeliharaan
ternak harus di lakukan. Kandang sangat diperlukan dalam usaha
pembibitan dan penggemukan sapi potong.
(Suhardono, 2005) Bahan yang
digunakan sebagai dinding bisa berupa tembok beton, papan, kayu, bambu, dan
bilik bambu. Kadang, dinding kandang hanya berupa tempat minum dan tempat pakan
yang dibuat setinggi 0.5--1 meter dari permukaan tanah.
(Todingan, Lambe. 2010)
Pemberian alas bertujuan agar kaki dan tubuh sapi tidak terluka terkena lantai
semen yang kasar. Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah
kotor serta tidak terserang kuman penyakit.
BAB III
MATERI DAN METODA
Waktu dan Tempat
Praktikum
Produksi Ternak Potong ini dilaksanakan setiap hari minggu yakni pada tanggal 23
November sampai 09 Desember 2012. Praktikum ini dilakukan di Peternakan Rakyat
milik Pak Satiman di Simpang Rimbo, Pak Jumono di Kumpeh dan di RPH (Rumah
Potong Hewan) milik Dinas Peternakan Provinsi Jambi.
Materi
Pada praktikum ini, dilakukan pengamatan terhadap bangsa
dan jenis ternak yang di kembangkan dan di pelihara, serta bagaimana manajemen
pemeliharaannya dan bagaimana prosedur yang dilakukan dalam pemotongan hewan
ternak hingga memperoleh karkas.
Metoda
Pada
pratikum Produksi Ternak potong metode yang digunakan adalah melekukan
wawancara kepada peternak, pengamatan terhadap ternak, menejemen perkandangan
maupun menejemen penggunaan limbah dari peternakan itu sendiri, dan juga melihat
proses pemotongan karkas.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sebagaimana kita ketahui ternak ruminansia khususnya sapi secara
genetik mampu menghasilkan susu, dan hasil produksi yang paling penting adalah
dagingnya. Menurut (Soeparno, 2010) Ternak ruminansia potong besar yang sering
dikembangkan yaitu sapi, karena selain terbilang mudah diternakkan dan memiliki
laju pertambahan bobot badan yang cukup cepat bila dipelihara dengan sistem
yang baik selain itu daging yang dihasilkannya pada umumnya lebih diminati oleh
masyrakat dibandingkan dengan daging ruminasia yang lain.
Untuk
memperoleh sapi yang mempunyai nilai produksi yang tinggi, kebutuhan akan
pakannya sangat penting diperhatikan. Pemberian pakan secara teratur, dan
pemberian pakan tambahan/ suplemen sangat baik jika dilakukan pada sapi
terutama sapi pedaging, guna mendapatkan hasil produksi daging yang tinggi.
Pemberian
pakan hijauan yang diberikan setiap hari, dan sebagai pakan tambahan dapat
diberikan kosentrat, pakan dalam bentuk permen atau blok yang dibuat dari
beberapa jenis bahan pakan yang bertujuan meningkatakan bobot badan sapi. Menurut
(Anonim, 2010) Sebagai mana definisi dari pakan suplemen adalah bahan pakan
pelengkap dari pakan utama berupa hijauan yang memenuhi unsur-unsur mikro
berupa mineral, vitamin dan Asam Amino serta dengan penambahan Ampas tahu dalam
pembuatan pakan suplemen tersebut.
Kandang merupakan
tempat yang sangat vital dan sangat penting bagi kelangsungan hidup ternak.
Tempat ini merupakan salah satu tempat yang sangat erat kaitannya dengan
kelangsungan kesehatan ternak dalam kandang. Ternak yang didalamnya jorok dan
tidak terawat mencerminkan keadaan ternak didalamnya. kandang yang bersih, rapi, dan sirkulasinya
dapat terjaga setiap hari memungkinkan ternak yang menghuni didalamnya akan
merasa nyaman dan akan betah tinggal didalamnya.
Maka dari itu, (Sudarmono A.S,
2008) menyatakan bahwa sanitasi
kandang dalam proses pemeliharaan ternak harus di lakukan. Kandang
sangat diperlukan dalam usaha pembibitan dan penggemukan sapi potong. Ukuran
kandang harus disesuaikan dengan ukuran tubuh sapi dan jenis kandang yang
digunakan, apakah kandang individu atau kandang kelompok. Umumnya, kebutuhan
luas kandang sapi per ekor sekitar 1.5 x 2.5 m, 1.5 x 2 m, atau 1 x 1.5 m. Apa
pun jenis kandang yang dibuat, baik kandang kelompok ataupun individu, peternak
harus memenuhi kebutuhan luas kandang per ekor tersebut.
Konstruksi
kandang harus kuat serta terbuat dari bahan- yang ekonomis dan mudah diperoleh.
Di dalam kandang harus ada drainase dan saluran pembuangan Iimbah yang mudah
dibersihkan. Tiang kandang sebaiknya dibuat dari kayu berbentuk bulat agar
Iebih tahan lama dibandingkan dengan kayu berbentuk kotak. Selain itu, kayu
bulat tidak akan melukai tubuh sapi, berbeda dengan kayu kotak yang memiliki
sudut tajam.
Lantai
kandang sapi biasanya dibuat dari bahan semen atau tanah yang dipadatkan dan
dibuat lebih tinggi dari lahan sekitarnya. Lantai bisa dialasi jerami, karpet,
kayu datar, papan, atau serbuk gergaji. Menurut (Todingan, Lambe. 2010) Pemberian
alas bertujuan agar kaki dan tubuh sapi tidak terluka terkena lantai semen yang
kasar. Pemberian alas juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah kotor serta
tidak terserang kuman penyakit. Selain itu, lantai yang diberi alas juga
menjadi tidak cepat rusak akibat tergerus kaki sapi. Lantai kandang harus kuat,
tidak licin, dan dibuat dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di
belakang sapi untuk mempermudah penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.
Kandang
bakalan dan anakan biasanya hanya beralaskan semen. Sementara itu, kandang
pembibitan biasanya beralaskan serbuk gergaji atau sekam. Kandang pembibitan
atau persalinan membutuhkan kondisi yang mutlak kering. Karena itu, setiap
periode melahirkan, serbuk gergaji harus diganti dengan yang baru
Dinding
kandang tidak boleh tertutup seluruhnya, harus dibuat terbuka sebagian agar
sirkulasi udara di dalam kandang lancar. Menurut (Suhardono, 2005) Bahan yang
digunakan sebagai dinding bisa berupa tembok beton, papan, kayu, bambu, dan
bilik bambu. Kadang, dinding kandang hanya berupa tempat minum dan tempat pakan
yang dibuat setinggi 0.5--1 meter dari permukaan tanah.
Atap
kandang bisa terbuat dari bahan asbes, genting, rumbia, atau seng. Kandang
untuk sapi potong bisa menggunakan atap dari asbes, karena sapi potong lebih
tahan terhadap panas. Kandang sapi juga boleh tidak menggunakan atap alias
terbuka. Kandang terbuka yang beratapkan
langit ini biasanya digunakan untuk memelihara sapi bunting atau bakalan yang
baru datang di peternakan. Kandang seperti ini membantu betina bunting untuk
berlatih agar proses melahirkan bisa lancar.
Di kandang individu, biasanya terdapat lorong di tengah kandang sebagai
area lalu lintas peternak atau pekerja untuk memberi pakan atau minum sapi.
Lorong ini biasanya berukuran 0.5--1 meter dan dibuat dari bahan semen. Lantai
semen sebaiknya diberi corak garis-garis agar tidak licin.
Selokan berfungsi sebagai tempat pembuangan kotoran. Selokan biasanya
dibuat dengan lebar 20--30 cm dan kedalaman 10--20 cm. Selokan ini dibuat di
dalam kandang di bagian ekor sapi, baik itu di kandang tunggal maupun kandang
ganda. Tujuannya, agar pekerja mudah membersihkan kotoran dan urine sapi.
Bak pakan dan bak air minum dibuat di depan kandang dengan perbandingan 2
: 1. Artinya, jika panjang bak pakan satu meter, maka panjang bak air minum
setengah meter. Tempat pakan dan minum ini dibuat dari bahan semen atau papan
kayu dengan dasar rapat agar pakan tidak mudah tercecer. Tempat minum tidak
boleh bocor dan harus mudah dibersihkan.
Selain hal di atas, ada beberapa ketentuan-ketentuan lainnya dalam
pembuatan dan pengaturan kandang yang baik dan benar dan disesuaikan dengan
jenis pemeliharaan. Beberapa peralatan juga sangat dibutuhkan dalam menunjang
kesuksesan pemeliharaan sapi.
1. Peternakan Pak Satiman
Peternakan
pak satiman merupakan peternakan yang tergolong penggemukan maka dari itu
peternakan pak satiman kurang efisien dalam memanfaatkan limabah dan pakan yang
berkualitas.
Gambar literatur
ü
Tipe Kandang
Kandang
deprok, yaitu kandang yang berlantaikan langsung dengan tanah tidak seperti
kandang panggung. Kandang yang di gunakan di peternakan ini yaitu kandang yang
berlantaikan semen dengan posisi lantai yang miring dan langsung menuju selokan
agar air dan kotoran dapat langsung di bersihkan dengan mudah. Kandang di isi
atap yang di gunakan yaitu atap dari genteng , pagar, pembatas antar sapi
(sekat kandang) yaitu kayu bulian, di isi juga tersedia tempat pakan yaitu
berbentuk kotak memanjang yang berbentuk dari semen.
Sesuai
dengan pendapat (Combi, 2001) menyatakan Lantai kandang sapi biasanya dibuat
dari bahan semen atau tanah yang dipadatkan dan dibuat lebih tinggi dari lahan
sekitarnya. Lantai bisa dialasi jerami, karpet, kayu datar, papan, atau serbuk
gergaji. Pemberian alas bertujuan agar kaki dan tubuh sapi tidak terluka
terkena lantai semen yang kasar. Menurut (Nguntoronadi, 2010) Pemberian alas
juga membuat kaki dan tubuh sapi tidak mudah kotor serta tidak terserang kuman
penyakit. Selain itu, lantai yang diberi alas juga menjadi tidak cepat rusak
akibat tergerus kaki sapi. Lantai kandang harus kuat, tidak licin, dan dibuat
dengan kemiringan 15 derajat ke arah selokan di belakang sapi untuk mempermudah
penampungan kotoran sapi dan pakan yang jatuh.
Setelah
mengamati saat melakukan praktikum di tempat Pak Satiman, kami melihat ada
beberapa jenis bangsa sapi yang di pelihara di peternakan tersebut, diantaranya
: sapi Bali, Sapi PO, Sapi Simmental, dan sapi Angus.
Berikut
adalah Dokumentasi praktikum di peternakan rakyat milik pak satiman:
Gambar.
Peternakan milik Pak Satiman
A. SAPI BALI
Sapi
Bali merupakan sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil domestikasi dari
banteng (Bibos banteng) adalah jenis sapi yang unik, hingga saat ini
masih hidup liar di Taman Nasional Bali Barat, Taman Nasional Baluran dan Taman
Nasional Ujung Kulon. Sapi asli Indonesia ini sudah lama didomestikasi suku
bangsa Bali di pulau Bali dan sekarang sudah tersebar di berbagai daerah di
Indonesia.
Sapi
Bali berukuran sedang, dadanya dalam, tidak berpunuk dan kaki-kakinya ramping.
Kulitnya berwarna merah bata. Cermin hidung, kuku dan bulu ujung ekornya
berwarna hitam. Kaki di bawah persendian karpal dan tarsal berwarna putih.
Kulit berwarna putih juga ditemukan pada bagian pantatnya dan pada paha bagian
dalam kulit berwarna putih tersebut berbentuk oval (white mirror). Pada
punggungnya selalu ditemukan bulu hitam membentuk garis (garis belut) memanjang
dari gumba hingga pangkal ekor.
Gambar
Sapi Bali
B.
SAPI
PERANAKAN ONGOLE
Sapi
PO (Peranakan Ongole), di pasaran juga sering disebut
sebagai Sapi
Lokal atau Sapi Jawa atau Sapi Putih. Sapi PO ini hasil persilangan antara pejantan sapi Sumba Ongole
(SO) dengan sapi betina Jawa yang berwarna putih. Sapi
Ongole (Bos Indicus) sebenarnya berasal dari India
Gambar
Sapi Peranakan Ongole
Warna bulu sapi Ongole sendiri
adalah putih abu-abu dengan warna hitam di sekeliling mata, mempunyai gumba dan gelambir yang besar
menggelantung, saat mencapai umur dewasa yang jantan mempunyai berat badan
kurang dari 600 kg dan yang betina kurang dari 450 kg. Bobot hidup Sapi Peranakan
Ongole (PO) bervariasi mulai 220 kg hingga mencapai sekitar 600 kg. Saat ini
Sapi PO yang murni mulai sulit ditemukan, karena telah banyak disilangkan
dengan sapi Brahman. Oleh karena itu sapi PO sering diartikan sebagai sapi
lokal berwarna putih (keabu-abuan), berkelasa dan gelambir.
Keunggulan
sapi PO ini antara lain :
1).
Tahan terhadap panas, tahan terhadap ekto dan endoparasit. 2).
Pertumbuhan relatif cepat walau pun adaptasi terhadap pakan kurang. 3).
Prosentase karkas dan kualitas daging baik.
A. SAPI
SIMMENTAL (METAL)
Sapi Simmental di kalangan
peternak populer dengan nama Sapi Metal, dan sebagian peternak atau
pedagang sapi kadang salah kaprah
dengan menyebutnya sapi limousin, bahkan ada yang menyebut sapi
Brahman. Sapi Simmental (juga termasuk Bos Taurus), berasal dari daerah Simme
di negara Switzerland (Swiss), namun sekarang berkembang lebih cepat di benua
Amerika, serta di Australia dan Selandia Baru (New Zealand). Sapi ini merupakan
tipe sapi perah dan pedaging.
Gambar
Sapi Simmental
B.
SAPI
ANGUS
Sapi
Angus merupakan sapi yang mempunyai tingkat kualitas karkas yang sangat bagus,
serta mempunyai ketahanan terhadap penyakit dan merupakan keturunan dari sapi
Brahman. Sapi Angus ini masuk ke
Indonesia melalui Selandia Baru. Sapi ini juga mempunyai
tingkat produktivitas dalam berkembang biak yang sangat bagus, dimana betinanya
mempunyai kemampuan yang sangat bagus untuk berkembang biak dan menyusui
anaknya. Sapi Angus ini juga merupakan salah satu dari jenis BX (Brahman
cross). Sapi jenis ini tidak
diternakkan di DOMPI.
Gambar
Sapi Angus
Setelah
melakukan pengamatan bangsa-bangsa sapi yang dipelihara, kami melanjutkan
praktikum dengan melakukan pengukuran terhadap tubuh ternak, dalam pengamatan
ini hanya di ambil 5 sampel sapi saja.
Hasilnya
sebagai berikut :
2. Peternakan Pak Jumono
Pada
praktikum yang dilaksanakan di peternakan rakyat milik kelompok tani yang
dipimpin oleh pak Jumono di desa Pudak, Kumpeh, kami melakukan pengukuran
terhadap 5 ekor ternak yang kami jadikan sebagai sampel dalam pengamatan.
UKURAN-UKURAN TUBUH
Perubahan ukuran tubuh ternak dapat
dijadikan sebagai indikator pertumbuhan
ternak. Perubahan pada ukuran tubuh
ternak menunjukkan apakah ternak menga
lami pertumbuhan atau tidak.
Mengukur Lingkar Dada
Lingkar Dada (LD) merupakan salah satu dimensi tubuh yang dapat digunakan sebagai
indikator mengukur pertumbuhan dan
perkembangan ternak. Pengukuran lingkar
dada diukur pada tulang rusuk paling
depan persis pada belakang kaki depan.
Pengukuran lingkar dada dilakukan
dengan melingkarkan pita ukur
pada badan. Cara Mengukur Lingkar Dada
Teknik pengukuran yang baik dapat dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
1.
Siapkan pita ukur dengan panjang minimal 200 cm
2.
Siapkan buku data untuk mencatat hasil pengukuran
lingkar dada
3.
Pengukuran lingkar dada dilakukan simultan setelah
ternak ditimbang
4.
Pastikan ternak sudah tenang dan berdiri dengan posisi
yang tegak
5.
Catat angka lingkar dada yang terukur pada pita ukur kedalam buku data
Mengukur Tinggi Panggul
Tinggi panggul
adalah jarak tegak lurus dari tanah sampai dengan puncak gumba atau di belakang
punuk untuk sapi Hisar dan Ongole.
Cara Mengukur
Tinggi Panggul
1.
Siapkan mistar ukur berbentuk L dan siapkan ternak yang
akan diukur
2.
Siapkan buku untuk pengisian data
3.
Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan
pastikan ternak berdiri tegak secara alami.
4.
Ukurlah ternak dengan menempatkan mistar ukur tegak
lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas gumba.
5.
Catat hasil pengukuran pada buku data yang telah disiapkan
Cara Mengukur Tinggi Pinggul
:
- Tempatkan ternak sapi pada posisi/tempat yang rata dan pastikan ternak berdiri tegak secara alami.
- Ukurlah ternak dengan menempatkan mistar ukur tegak lurus dan pastikan bagian horizontal dari mistar persis berada di atas pinggul
- Catatan hasil pengukuran pada buku data yang telah disiapkan
Mengukur Panjang Badan
Panjang badan adalah panjang dari
titik bahu ke tulang duduk (pin bone).
Cara Mengukur Panjang Badan :
1. Siapkan alat berupa mistar ukur
berbentuk lurus.
2. Tempatkan ternak sapi pada
posisi/tempat yang rata dan pastikan
ternak berdiri tegak secara
alami.
3. Ukur ternak dengan menempatkan
mistar ukur pada bagian titik bahu
sampai pada tulang duduk
4. Catatan hasil pengukuran pada form
isian yang telah disiapkan
Hasil
yang diperoleh setelah melakukan pengukuran terhadap 5 ekor sapi sebagai berikut
:
Indikator
|
Sapi Bali
(cm)
|
Sapi Bali
(cm)
|
Sapi Bali
(cm)
|
Simmental
(cm)
|
Sapi Bali
(cm)
|
Tinggi gumba
|
102
|
128
|
112
|
114
|
102
|
Tinggi kemudi
|
111
|
126
|
114
|
116
|
102
|
Dalam dada
|
51
|
55
|
53
|
80
|
50
|
Lingkar dada
|
146
|
156
|
160
|
185
|
122
|
Panjang tubuh
|
85
|
111
|
114
|
132
|
92
|
Lebar dahi
|
11
|
18
|
19
|
22
|
14
|
Panjang kepala
|
28
|
45
|
38
|
44
|
35
|
Lebar pipi
|
5
|
10
|
8
|
15
|
10
|
Lingkar flank
|
140
|
153
|
156
|
182
|
118
|
Lebar pantat
|
18
|
21
|
22
|
30
|
24
|
Lebar dada
|
13
|
17
|
19
|
27
|
20
|
KARKAS
Penilaian
ternak setelah di potong
Karkas ruminansia adalah bagian
dari ternak ruminansia yang didapatkan dengan cara disembelih secara halal dan
benar, dikuliti, dikeluarkan darahnya, dikeluarkan jeroan, dipisahkan kepala,
kaki mulai dari tarsus/karpus ke bawah, organ reproduksi dan ambing, ekor serta
lemak yang berlebih kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain melalui
pendinginan yang telah ditetapkan dalam Standar Nasional Indonesia (SNI)
sehingga lazim dan layak dikonsumsi oleh manusia. Sedangkan Daging adalah bagian dari karkas yang
didapatkan dari ternak yang disembelih secara halal (kecuali babi) dan benar
serta lazim, layak, dan aman dikonsumsi manusia, yangterdiri dari potongan
daging bertulang atau daging tanpa tulang lainnya kecuali yang telah diawetkan
dengan cara lain daripada pendinginan, termasuk daging variasi dan daging
olahan.
- Daging Variasi (variety meats, fancy meats, co-products) adalah bagian dari ternak yang didapatkan dengan cara disembelih secara halal dan benar selain karkas, kulit dan darah, yang dapat dikonsumsi oleh manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain daripada pendinginan.
- Daging Olahan adalah daging yang diproses dengan cara atau metoda tertentu dengan atau tanpa bahan tambahan yang dilakukan secara halal, dan benar serta lazim, layak, dan aman dikonsumsi oleh manusia.
- Daging Untuk Pakan Hewan adalah daging yang tidak layak dikomsumsi oleh manusia dan hanya diperuntukkan bagi pakan hewan.
- Jeroan (edible offal) adalah bagian dari dalam tubuh hewan yang berasal dari ternakruminansia yang disembelih secara halal dan benar serta dapat, layak, dan amandikonsumsi oleh manusia, kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain daripada pendinginan.
Setelah melakukan
praktikum di Rumah Potong Hewan (RPH) Dinas Peternakan Kota Jambi maka hasil
yang diperoleh sebagai berikut :
Prosedur
pemotongan Sapi meliputi :
Pemotongan Sapi → Pengeluaran Darah
→ Sapi dibersihkan(di siram air) → Proses Pengulitan → Di diamkan → Pengeluaran
Isi Rongga Dada
Waktu yang diperlukan dalam
pemotongan:
-
Pengeluaran darah : 4 menit 55 detik
-
Proses Pengulitan : 13 menit 3 detik
-
Di biarkan : 5 menit 59
detik
-
Pengeluaran isi rongga dada : 6 menit 11 detik
-
Memotong daging karkas : 15 menit 57 detik
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Dalam
pratikum yang telah kita laksanakan dapat kita ketahui bahwa system
perkandangan yang banyak digunakan adalah tipe kandang deprok karena banyak
mempunyai kelebihan yang lebih unggul di bandingkan dengan system perkandangan
yang lain. Kebanyakan sapi yang dipelihara di peternakan rakyat adalah jenis
bangsa sapi Bali, meskipun juga terdapat jenis bangsa sapi seperti sapi PO dan
Simmental. Akan tetapi, yang lebih dominan ialah jenis bangsa sapi Bali.
Untuk
memperoleh karkas di Rumah Potong Hewan melalui beberapa prosedur, diantaranya
dimulai dari pengeluaran darah, pembersihan sapi, proses pengulitan, pendiaman
selama beberapa menit, pengeluaran isi rongga dada, pemotongan karkas.
Saran
Pada
saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan
disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan menggunakan
peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat digunakan
lagi untuk masa yang akan datang dan juga sebaiknya, praktikan harus
memperhatikan saat asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan.
Praktikan harus menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung, agar
suasana praktikum jadi nyaman. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2010. Tilik
Ternak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik
Combi. 2001. Produktivitas Sapi .Australian Commercial
Cross yang Dipelihara
secara Feedlot pada Lama Penggemukan yang
Berbeda. Fakultas Peternakan IPB. Bogor.
Nguntoronadi, 2010. Tilik
Ternak.http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik
Soeparno. 2010. Ilmu dan Teknologi Ruminansia. Cetakan
kedua. Gadjah Mada
University Press.
Yogyakarta.
Sudarmono. A. S., 2008. Sapi
Potong.Penebar Swadaya. Jakarta.
Suhardono. 2005. Ketersediaan teknologi veteriner dalam
mendukung
pengembangan ternak kerbau. Balai
Penelitian Veteriner. Puslitbang Peternakan, Bogor.
Todingan, Lambe. 2010. Pemilihan
Dan Penilaian Ternak Sapi Potong Calon
Bibit.Sulawesi
Selatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar