BAB
I
PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Pakan mempunyai peranan
yang sangat penting didalam kehidupan ternak. Kita ketahui bahwa biaya pakan
merupakan biaya terbesar dari total biaya produksi yaitu mencapai 70-80 %.
Kelemahan sistem produksi peternakan umumnya terletak pada ketidakpastian tatalaksana
pakan dan kesehatan. Keterbatasan pakan menyebabkan daya tampung ternak pada
suatu daerah menurun atau dapat menyebabkan gangguan produksi dan reproduksi
yang normal. Hal ini antara lain dapat diatasi bila potensi pertanian/industri
maupun limbahnya ikut dipertimbangkan dalam usaha peternakan. Ini tidak menjadi
suatu yang berlebihan mengingat Indonesia merupakan negara agraris. Asalkan
kita tahu secara tepat nilai guna dan daya gunanya serta tahu teknologi yang
tepat pula untuk mengelolanya, agar lebih bermanfaat. Kendala utama dari
pemanfaatan rumput dan atau limbah pertanian antara lain adalah pengangkutan,
karena pada umumnya rumput atau limbah pertanian membutuhkan tempat yang luas
untuk setiap satuan beratnya. Dengan penerapan teknologi pengolahan pakan
seperti pencacahan rumput dan atau limbah pertanian yang diolah menjadi Roti
/Wafer dan Burger untuk ternak dapat meningkatkan kualitas dan palatabilitas
serta mempermudah pengangkutan. Wafer Pakan (Feed Wafer) Roti/Wafer pakan merupakan salah satu teknologi pengolahan
pakan yang efektif dan diharapkan dapat menjaga kontinuitas ketersediaan pakan
ternak, terutama pada musim kemarau.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
Coleman
and Lawrence (2000) menjelaskan keuntungan pakan olahan adalah 1) meningkatkan
densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan,
menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2)
densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang
tercecer; 3) mencegah “de-mixing” yaitu peruraian kembali komponen penyusun
pakan sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar.
Coleman
and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini
wafer antara lain adalah 1) pemberian kepada ternak harus disesuaikan dengan
kebutuhan agar ternak tidak mengalami kelebihan berat badan maupun gangguan
pencernaan; 2) gudang penyimpanan wafer memerlukan area dan penanganan khusus
untuk menghindari kelembaban udara; 3) pengolahan bahan pakan menjadi wafer
membutuhkan biaya tambahan yang akan mempengaruhi biaya produksi.
Furqaanida, 2004,
kerapatan menentukan bentuk fisik dari wafer ransum komplit yang dihasilkan dan
menunjukkan kepadatan wafer ransum komplit dalam teknik pembuatannya.
Jayusmar, 2000, Wafer ransum komplit adalah suatu produk
pengolahan pakan ternak yang terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan
konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak
dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan.
Lalitya, 2004, Wafer ransum komplit yang terdiri dari campuran
hijauan dan monsentrat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena
ternak tidak dapat memilih antara pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal
tersebut diharapkan dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya.
Noviagama, 2002, Wafer adalah salah satu bentuk pakan ternak
yang merupakan modifikasi bentuk cube, dalam proses pembuatannya mengalami
pemadatan dengan tekanan dan pemanasan dalam suhu tertentu.
Noviagama, 2002, Teknologi CCFB sangat potensial untuk usaha
efisiensi limbah pertanian dan peningkatan daya guna hasil samping agroindustri
termasuk sisa pengolahan dengan biaya
rendah dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ruminansia saat mengalami
kekurangan pakan yang terjadi akibat banjir dan musim kemarau.
Nursita, 2005, Kerapatan
wafer ransum komplit dapat mempengaruhi palatabilitas ternak. Pakan atau wafer
yang terlalu keras dengan kerapatan yang tinggi akan menyebabkan sulitnya
ternak dalam mengkonsumsi wafer secara langsung sehingga perlu ditambahkan air
pada saat akan diberikan dan ternak pada umumnya menyukai pakan atau wafer
dengan kerapatan yang rendah.
Syamsu et al, 2003, Salah
satu cara untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan
limbah pertanian sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan
limbah pertanian yang dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas
yang lebih baik dari produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar
menjadi biskuit pakan. Pengolahan hijauan segar menjadi biskuit dimaksudkan
untuk memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang
tahun, sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau.
Syananta, 2009, Kerapatan
bahan baku sangat tergantung pada besarnya kempa yang diberikan selama proses
pembuatan .
BAB
III
MATERI
DAN METODA
Waktu
dan Tempat
Praktikum Teknologi Pemanfaatan Limbah
tentang Pembuatan Wafer dilaksanakan pada hari Jum’at, tanggal 01 November 2013
pukul 15.00 WIB sampai dengan selesai di Laboratorium Gedung C Fakultas
Peternakan Universitas Jambi.
Materi
Pada pembuatan Wafer, alat yang
digunakan diantaranya Pipa paralon, triplex, botol (alat pengepress), karung,
plastik hitam, kompor, dan panci.
Sedangkan bahan yang digunakan ialah
hijauan (limbah sayur-sayuran), dedak padi, jagung, bungkil kelapa, urea,
molases (diganti gula merah), premix/feedmix, minyak sayur, garam, dan tapioka.
Metoda
Adapun
metoda dalam pembuatan wafer pakan ternak sebagai berikut : limbah pertanian dicuci bersih, lalu
dicacah, dengan ukuran 3-5 cm. Tujuannya untuk mempercepat proses pengeringan
serta memudahkan dalam pencampuran dengan bahan perekat. Limbah pertanian yang
sudah dicacah dikeringkan dibawah sinar matahari (+ 24 jam). Leguminosa yang
sudah kering kemudian digiling. Limbah pertanian yang sudah kering dicampur
dengan bahan perekat dan konsentrat dan diaduk sampai homogen. Campuran yang
sudah homogen dimasukkan kedalam cetakan (mall) yang telah disiapkan untuk
dipadatkan. Kemudian dikeluarkan dari cetakan dan dibiarkan selama 2 minggu.
Setelah itu, dimasukkan dalam oven, setelah benar-benar kering, di giling halus untuk dianalisis secara proksimat.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Salah satu cara untuk
mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan limbah pertanian
sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan limbah pertanian yang
dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas yang lebih baik dari
produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar menjadi biskuit
pakan. Pengolahan hijauan segar menjadi biskuit dimaksudkan untuk memaksimalkan
pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang tahun, sehingga
dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau (Syamsu et al,
2003).
Wafer
merupakan salah satu bentuk pakan olahan yang dibentuk sedemikian rupa dari
bahan konsentrat atau hijauan dengan tujuan untuk mengurangi sifat keambaan
pakan. Wafer
adalah salah satu bentuk pakan ternak yang merupakan modifikasi bentuk cube,
dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan dengan tekanan dan pemanasan
dalam suhu tertentu (Noviagama, 2002). Teknologi CCFB sangat potensial untuk
usaha efisiensi limbah pertanian dan peningkatan daya guna hasil samping
agroindustri termasuk sisa pengolahan dengan
biaya rendah dan dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan ruminansia saat
mengalami kekurangan pakan yang terjadi akibat banjir dan musim kemarau (Noviagama,
2002).
Coleman
and Lawrence (2000) menjelaskan keuntungan pakan olahan adalah 1) meningkatkan
densitas pakan sehingga mengurangi keambaan, mengurangi tempat penyimpanan,
menekan biaya transportasi, memudahkan penanganan dan penyajian pakan; 2)
densitas yang tinggi akan meningkatkan konsumsi pakan dan mengurangi pakan yang
tercecer; 3) mencegah “de-mixing” yaitu peruraian kembali komponen penyusun
pakan sehingga konsumsi pakan sesuai dengan kebutuhan standar.
Coleman
and Lawrence (2000) menambahkan bahwa kelemahan dari pakan olahan dalam hal ini
wafer antara lain adalah 1) pemberian kepada ternak harus disesuaikan dengan
kebutuhan agar ternak tidak mengalami kelebihan berat badan maupun gangguan
pencernaan; 2) gudang penyimpanan wafer memerlukan area dan penanganan khusus
untuk menghindari kelembaban udara; 3) pengolahan bahan pakan menjadi wafer
membutuhkan biaya tambahan yang akan mempengaruhi biaya produksi.
Wafer ransum komplit dalah suatu produk pengolahan pakan
ternak yang
terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan (Jayusmar, 2000). Wafer ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan monsentrat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya (Lalitya, 2004).
terdiri dari pakan sumber serat yaitu hijauan dan konsentrat dengan komposisi yang disimpan berdasarkan kebutuhan nutrisi ternak dan dalam proses pembuatannya mengalami pemadatan (Jayusmar, 2000). Wafer ransum komplit yang terdiri dari campuran hijauan dan monsentrat dapat meningkatkan efisiensi penggunaan pakan karena ternak tidak dapat memilih antara pakan hijauan dan konsentrat, bedasarkan hal tersebut diharapkan dapat tercukupi kebutuhan nutrisinya (Lalitya, 2004).
Bentuk wafer yang padat dan cukup ringkas diharapkan dapat:
(1) meningkatkan palatabilitas ternak
karena bentuknya yang padat,
(2) memudahkan dalam penanganan,
pengawetan, penyimpanan, transportasi, dan penanganan hijauan lainnya,
(3) memberikan nilai tambah karena selain
memanfaatkan limbah hijauan, juga dapat memanfaatkan limbah pertanian dan
perkebunan, dan
(4) menggunakan teknologi sederhana
dengan energi yang relatif rendah
Prinsip pembuatan wafer mengikuti
prinsip pembuatan papan partikel.
Proses pembuatan wafer dibutuhkan perekat yang mampu mengikat partikel partikel bahan sehingga dihasilkan wafer yang kompak dan padat sesuai dengan densitas yang diinginkan.
Proses pembuatan wafer dibutuhkan perekat yang mampu mengikat partikel partikel bahan sehingga dihasilkan wafer yang kompak dan padat sesuai dengan densitas yang diinginkan.
Wafer pada umumnya memiliki warna
lebih gelap dibanding warna asal, hal tersebut disebabkan oleh adanya proses
browning secara non enzimatis yaitu
karamelisasi dan reaksi Maillard. Karamelisasi terjadi jika suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer.
karamelisasi dan reaksi Maillard. Karamelisasi terjadi jika suatu larutan sukrosa diuapkan sampai seluruh air menguap. Jika pemanasan dilanjutkan, maka cairan yang ada bukan terdiri dari air, tetapi merupakan cairan sukrosa yang lebur. Reaksi Maillard merupakan reaksi antara karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amina primer.
Keuntungan wafer ransum komplit adalah
:
(1)
kualitas nutrisi lengkap,
(2) mempunyai bahan baku bukan hanya dari hijauan makanan
ternak seperti rumput dan legum, tapi juga dapat memanfaatkan limbah pertanian,
perkebunan, atau limbah pabrik pangan,
(3) tidak mudah rusak oleh factor biologis karena mempuyai
kadar air kurang dari
14%,
(4) ketersediaannya berkesinambungan karena sifatnya yang
awet dapat bertahan cukup lama sehingga dapat mengantisipasi ketersediaan pakan
pada musim kemarau serta dapat dibuat pada saat musim hujan dimana hasil-hasil
hijauan makanan ternak dan produk pertanian melimpah,
(5) memudahkan dalam penanganan karena bentuknya padat kompak
sehingga memudahkan dalam penyimpanan dan transportasi.
Kualitas roti sapi (Wafer) tergantung dari bentuk
fisik, tekstur, warna, aroma dan kerapatan :
1. Bentuk fisik
Roti sapi (Wafer) yang terbentuk padat dan kompak sangat menguntungkan, karena mempermudah dalaam penyimpanan dan penanganan
Roti sapi (Wafer) yang terbentuk padat dan kompak sangat menguntungkan, karena mempermudah dalaam penyimpanan dan penanganan
2. Tekstur
Tekstur menentukan mudah tidaknya menjadi lunak dan mempertahankan bentuk fisik serta kerenyahan
Tekstur menentukan mudah tidaknya menjadi lunak dan mempertahankan bentuk fisik serta kerenyahan
3. Warna
Hasil reaksi karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amino primer menyebabkan roti sapi berwarna coklat.
Hasil reaksi karbohidrat, khususnya gula pereduksi dengan gugus amino primer menyebabkan roti sapi berwarna coklat.
4. Aroma
Hasil reaksi maillard mengeluarkan bau dan aroma khas karamel
Hasil reaksi maillard mengeluarkan bau dan aroma khas karamel
5. Kerapatan
Semakin tinggi kerapatan nya roti sapi akan semakin baik, karena pertambahan airnya semakin rendah.
Semakin tinggi kerapatan nya roti sapi akan semakin baik, karena pertambahan airnya semakin rendah.
Tes Organoleptik Wafer
Sample
|
Warna
|
Bau
|
Tekstur
|
Kerapatan
|
Kontrol
|
Kuning
kecoklatan
|
Harum
|
Kasar, keras
|
Baik
|
Ulangan I
|
Kuning
kecoklatan
|
Harum
|
Kasar, keras
|
Baik
|
Ulangan II
|
Kuning
kecoklatan
|
Harum
|
Kasar, keras
|
Baik
|
Ulangan III
|
Kuning
kecoklatan
|
Harum
|
Kasar, keras
|
Baik
|
Menurut (Nursita, 2005), Kerapatan wafer
ransum komplit dapat mempengaruhi palatabilitas ternak. Pakan atau wafer yang
terlalu keras dengan kerapatan yang tinggi akan menyebabkan sulitnya ternak
dalam mengkonsumsi wafer secara langsung sehingga perlu ditambahkan air pada
saat akan diberikan dan ternak pada umumnya menyukai pakan atau wafer dengan
kerapatan yang rendah. (Syananta, 2009) menuturkan bahwa Kerapatan bahan baku
sangat tergantung pada besarnya kempa yang diberikan selama proses pembuatan.
(Furqaanida, 2004) berpendapat bahwa kerapatan menentukan bentuk fisik dari
wafer ransum komplit yang dihasilkan dan menunjukkan kepadatan wafer ransum
komplit dalam teknik pembuatannya.
BAB
V
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
diperoleh setelah melakukan praktikum pembuatan wafer ialah salah satu cara
untuk mengatasi kekurangan hijauan pakan ternak adalah pemanfaatan limbah
pertanian sebagai pakan dan perlu diupayakan alternatif pengawetan limbah
pertanian yang dapat menghasilkan produk pakan yang mempunyai kualitas yang
lebih baik dari produk asalnya salah satunya dengan mengolah hijauan segar menjadi
biskuit pakan (wafer). Pengolahan hijauan segar menjadi wafer dimaksudkan untuk
memaksimalkan pemanfaatan limbah pertanian agar dapat digunakan sepanjang tahun,
sehingga dapat mengatasi kelangkaan hijauan pakan pada musim kemarau. Banyak
sekali keuntungan yang bisa diperoleh apabila melakukan alternative ini, akan
tetapi tidak terlepas dari kelemahannya pula. Hasil yang diperoleh kurang
akurat, hal ini disebabkan salah perlakuan pada saat analisis.
Saran
Pada saat praktikum
berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi
sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan menggunakan peralatan
laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat digunakan lagi untuk
masa yang akan datang dan juga sebaiknya, praktikan harus memperhatikan saat
asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan. Praktikan harus
menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung, agar suasana praktikum jadi
nyaman. Semoga laporan ini bermanfaat untuk semua.
DAFTAR
PUSTAKA
Coleman and
Lawrence.2000. Chemical Engineering Handbooks, Me. Graw Hill,
New York
Furqaanida, N. 2004. Pemanfaatan klobot jagung sebagai substitusi
sumber serat
ditinjau
dari kualitas fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk
domba.
Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Jayusmar. 2000. Pengaruh Wafer Ransum Komplit Limbah Tebu dan
Penyimpanan terhadap Kualitas Sifat
Fisik. Bogor:
IPB.
Noviagama.2000. Teknologi
pakan hijauan. Jurusan Nutrisi Dan Makanan
Ternak. Hand out. Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada.
Yogyakarta.
Nursita. 2005. Sifat fisik dan palatabilitas wafer ransum komplit untuk domba
dengan
menggunakan kulit singkong. Skripsi. Ilmu Nutrisi dan
Teknologi
Pakan, Fakultas
Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Syamsu, J. A., K. Mudikjo, & E. G.
Sa’id. 2003. Daya dukung limbah pertanian
sebagai
sumber pakan ternak ruminansia di Indonesia. Wartazoa
13(1):
30-37.
Syananta, F. P. 2009. Uji sifat fisik wafer limbah sayuran pasar
dan
palatabilitasnya
pada ternak domba. Skripsi. Fakultas Peternakan, Institut
Pertanian Bogor, Bogor.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar