: http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/tail2.gif

Selasa, 11 Februari 2014

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS PROKSIMAT


PENDAHULUAN
Latar Belakang
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Pendapat itu didukung oleh pernyataan Mulyono (2000), menyatakan bahwa Analisis proksimat adalah analisis atau pengujian kimia yang dilakukan untuk bahan baku yang akan diproses lebih lanjut dalam industri menjadi barang jadi. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Selain itu, analisis proksimat dapat digunakan untuk mengevaluasi dan menyusun formula ransum dengan baik. Mengevaluasi ransum yang telah ada seperti mencari kekurangan pada ransum tersebut kemudian kita bisa menyusun formula ransum baru dengan menambahkan zat makanan yang diperlukan.

Tujuan dan Manfaat
Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul Analisis proksimat adalah untuk mengetahui kandungan zat makanan dari bahan pakan yang akan diuji. Dan juga bertujuan untuk meningkatkan kemampuan praktikan dalam menganalisis proksimat baik meliputi pengetahuan dasar dan aplikasinya.
Manfaat
            Adapun manfaat yang dapat diperoleh pada praktikum ini ialah agar mahasiswa dapat mengetahui beragamnya kandungan dari setiap bahan pakan yang di analisis. Serta bervariasinya persentase dari setiap kandungan tersebut.
TINJAUAN PUSTAKA

Adila, (2007) menyatakan bahwa analisis proksimat adalah analisisterhadap suatu bahan yang menyangkut air, protein, lemak, abu dan serat.
Amrullah (2004), Analisa proksimat merupakan uji analisa suatu bahan pakan yang telah lama ada dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrien dan nilai energi dari bahan atau campuran pakan yang berasal dari bagian komponen bahan pakan tersebut (NRC, 1994). Analisa proksimat dibagi ke dalam enam fraksi zat makanan yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen.
Anonymous, (2002) menyatakan bahwa analisis proksimat merupakan analisis yang diambil dari bahan pakan yang menguap serta bahan yang tinggal adalah bahan kering yang dapat dihitung pada penentuan kadar air.
Barry, (2004) yang menyatakan bahwa indikator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan merupakan inti utama dari serat kasar.
Buckle (2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair.
Chandra (2001) Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa.
Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.
Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash).
Haryanto, (2002) yang menyatakan bahwa Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang.
Herman, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh.
Jossemariee (2010), Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya.
Karmia (2004) Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius.
Khairul (2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil, xanthofil, dan karoten.
M. Syarif, (2000) penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang, sisanya disebut abu.
Mulyono, (2000) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.
Poetra, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turutdimasak selama 30 menit.
Poetra, (2007) juga menyatakan bahwa Kandungan serat kasar yang tinggidalam makanan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut, karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk dicerna.
Susi (2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.
Sutardi, (2009) yang menyatakan bahwa protein merupakan komponen penting yang terdapat dalam makanan, dari hasil penelitian bahwa protein sangat berkualitas tinggi.
Winarno, (2004) yang menyatakan bahwa Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Dari dua pernyataan yang disampaikan bahwa KA sangat mempengaruhi kualitas pakan.
.Yunus (2008) yang mengatakan bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yangterdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.


METODOLOGI PENGAMATAN
Waktu dan Tempat
Praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tahun 2013 tentang Analisis Proksimat dilaksanakan pada hari Senin, 29 April sampai Sabtu 04 Mei 2013, pada pukul 14.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi Ransum Fakultas Peternakan Universitas Jambi.

Materi
Adapun materi yang di praktikumkan adalah Analisis proksimat. Alat yang digunakan pada praktikum ini antara lain cawan porselem, eksikator, oven 1050c, penjepit, neraca analitik, tanur, pembakar bunzen, soxhlet, kertas saring bebas lemak, sarung tangan karet, kapas bebas lemak, batu didih, pinset, corong, gelas piala, corong buchner, pompa vacuum, pemanas listrik, kertas saring, labu dekstruksi, labu destilasi, destilator, labu Erlenmeyer, biuret, dan gelas ukur.
Bahan yang digunakan pada praktikum analisis proksimat ini adalah bungkil kedelai, klobot, tepung ikan, tepung kerabang telur, tepung kulit kerang, tepung kulit nenas,, tepung kulit apel, ampas tahu, tepung legum stylo, tepung bagasse, dedak padi, katalis campuran, indikator campuran ( Methyl red 0,1 % dan Bromcresol green 0,2 % dalam alkohol), pelarut (kloroform), H2O4 pekat, H2SO4 0,3 N, NaOH 1,5 N, NaOH 40%, NaOH 0,3 N , dan Aseton.

Metoda
Adapun metoda dalam praktikum Analisis Proksimat yaitu Penentuan Kadar Air, adapun cara kerjanya adalah cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven selama 1 jam dengan temperatur 105 oC. kemudian didinginkan di dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang ( C ). Sampel dihitung sebanyak 0,5-1 gram ( D ) dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Kemudian cawan dan sampel tersebut dikeringkan dalam open 105oC selama 112-16 jam. Cawan dan sampel ( E ) dikeluarkan dari oven dan didinginkan dalam eksikator selama 10-20 menit sampai diperoleh berat tetap.
Penentuan Kadar Abu, adapun cara kerjanya antara lain : cawan porselen yang telah dicuci bersih, dikeringkan di dalam oven sekitar 1 jam pada temperatur 105o C. kemudian didinginkan dalam eksikator sekitar 10-20 menit dan ditimbang dengan teliti ( F ). Sampel ditimbang dengan teliti sebanyak 3 gram untuk sampel hijauan atau 5 gram untuk kosentrat ( G ) dan dimasukkan ke dalam cawan porselen. Pijarkan sampel yang terdapat dalam cawan porselen hingga berasap. Bakar cawan porselen berisi sampel dan tanur bersuhu 600oC. biarkan sampel terbakar selama 3-4 jam atau sampai warna sampel berubah menjadi putih semua. Setelah sampel bewarna putih semua, kemudian dinginkan dalam tanur pada suhu 120oC sebelum dipindahkan ke dalam eksikator. Setelah dingin timbang dengan teliti ( H ).
Penentuan Protein Kasar, adapun cara kerjanya antara lain : timbang sampel dengan teliti sejumlah 0,3 gram ( I ) dan masukkan kedalam tabung destruksi. Tambahkan kira-kira 0,2 gram katalis campuran dan 5 ml H2SO4 pekat. Panaskan campuran tersebut dalam lemari asam. Perhatikan proses destruksi selama pemanasan agar tidak meluap. Destruksi dihentikan bila larutan sudah menjadi hijau terang atau jernih, lalu dinginkan dalam lemari asam. Larutan dimasukkan ke dalam labu destilasi dan diencerkan dengan 60 ml aquades. Masukkan beberapa buah batu didih. Tambahkan pelan-pelan melalui dinding labu 20 ml NaOH 40 % dan segera hubungkan dengan destilator. Suling ( NH3 dan air ) ditangkap oleh labu erlenmeyer yang berisi 25 ml H2SO4 0,3 N dan 2 tetes indikator campuran ( methyl red 0,1 % dan bromcresol green 0,2 % dalam alkohol ). Penyulingan dilakukan hingga nitrogen dari cairan tersebut tertangkap oleh H2SO4  yang ada di dalam erlenmeyer ( 2/3 dari cairan yang ada pada labu destilasi menguap atau terjadi letupan-letupan kecil atau erlenmeyer mencapai volume 75 ml ). Labu erlenmeyer berisi sulingan diambil dan dititer kembali
dengan NaOH 0,3 N ( J ). Perubahan biru ke hijau menandakan titik akhir titrasi. Bandingkan dengan titer blanko ( K ).
            Di dalam praktikum analisis proksimat ini adapun cara kerja dari Penentuan Lemak Kasar antara lain : timbang sampel dengan teliti sebanyak 1 gram 9 L ) dan bungkus dengan kertas saring bebas lemak. Keringkan dalam oven 105cC selama 5 jam, dinginkan dalam eksikator dan timbang ( M ). Sampel dimasukkan kedalam tabung ekstraksi soxhlet. Alat soxhlet diisi dengan pelarut lewat kondensor dengan corong. Alat pendingin dialirkan dan panas dihidupkan. Ekstraksi berlangsung selama 16 jam sempai pelarut pada alat soxhlet terlihat jernih. Sampel dikeluarkan dari alat soxhlet dan keringkan ke dalam oven 105oC selama 5 jam, kemudian dinginkan dalam eksikator dan timbang ( N ).
            Adapun cara kerja dari Penentuan Serat Kasar antara lain : keringkan kertas saring whatman No. 41 di dalam oven 105OC selama 1 jam dan timbang (O). timbang dengan teliti 1 gram ( P ) sampel masukkan kedalam gelas piala. Tambahkan 50 ml H2SO4 0,3 N dan didihkan selama 30 menit. Cairan disaring melalui kertas saring yang telah diketahui beratnya didalam corong buchner yang telah dihubungkan dengan pompa vokum. Kertas saring bersama residu dicuci berturut-turut dengan 50 ml H2O panas, 50 ml H2SO4 0,3 N, 50 ml H2O panas dan aseton. Kertas saring berisi residu dimasukkan kedalam cawan porselen bersih dan kering dengan menggunakan oven. Cawan berisi sampel yang dikeringkan ke dalam oven 105oC sampai didapat berat yang konstan, didinginkan dalam eksikator dan ditimbang ( Q ). Pijarkan sampel dalam cawan hingga tak berasap. Kemudian cawan bersama isinya dimasukkan ke dalam tanur 600oC selama 3-4 jam. Setelah isi cawan berubah menjadi abu yang bewarna putih, diangkat, didinginkan dan ditimbag ( R ).
            Penentuan Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN) dengan cara mengurangkan kandungan zat makanan dalam bahan pakan ( % abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar) dari % BK bahan.


HASIL DAN PEMBAHASAN
 Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama. Ditambahkan oleh pendapat Jossemariee (2010), Analisis proksimat memiliki manfaat sebagai penilaian kualitas pakan atau bahan pangan terutama pada standar zat makanan yang seharusnya terkandung di dalamnya. Tujuan untuk mengetahui komponen.
Menurut Karmia (2004) Istilah proksimat memiliki pengertian bahwa hasil analisisnya tidak menunjukan angka sesungguhnya, tetapi mempunyai nilai mendekati. Hal ini disebabkan dari komponen praktisi yang dianalisisnya masih mengandung komponen lain yang jumlahnya sangat sedikit yang seharusnya tidak masuk kedalam fraksi yang dimaksud. Namun demikian analisis kimia ini adalah yang paling ekonomis (relative) dan datanya cukup memadai untuk digunakan dalam penelitian dan keperluan praktis.
Menurut Amrullah (2004), Analisa proksimat merupakan uji analisa suatu bahan pakan yang telah lama ada dan dapat digunakan untuk menduga nilai nutrien dan nilai energi dari bahan atau campuran pakan yang berasal dari bagian komponen bahan pakan tersebut (NRC, 1994). Analisa proksimat dibagi ke dalam enam fraksi zat makanan yaitu kadar air, abu, protein kasar, lemak, serat kasar dan bahan ekstrak tanpa nitrogen. Anonymous, (2002) menyatakan bahwa analisis proksimat merupakan analisis yang diambil dari bahan pakan yang menguap serta bahan yang tinggal adalah bahan kering yang dapat dihitung pada penentuan kadar air. Menurut Adila, (2007) menyatakan bahwa analisis proksimat adalah analisis terhadap suatu bahan yang menyangkut air, protein, lemak, abu dan serat.


            Untuk mengetahui komposisi susunan kimia dan kegunaannya suatu bahan pakan dilakukan analisis kimia yang disebut analisis proksimat. Cara ini dikembangkan dan Weende Experiment Station di Jerman oleh Henneberg dan Stokman pada tahun 1865, dengan menggolongkan komponen yang ada pada makanan. Metode ini didasarkan pada komposisi susunan kimia dan kegunaan bahan makanan. Selanjutnya, metode ini terus dipakai dan dikenal dengan nama analisis proksimat. Analisis Proksimat merupakan suatu metode analisis kimia untuk mengidentifikasikan kandungan zat makanan dari suatu bahan pakan atau pangan. Komponen fraksi yang dianalisis masih mengandung komponen lain dengan jumlah yang sangat kecil, yang seharusnya tidak masuk ke dalam fraksi yang dimaksud, itulah sebabnya mengapa hasil analisis proksimat menunjukkan angka yang mendekati angka fraksi yang sesungguhnya.    Analisis proksimat menganalisis beberapa komponen seperti zat makanan air (Bahan Kering), bahan anorganik (abu), protein, lemak, dan serat kasar. Di bawah ini adalah skema analisis wendee.
1.      Kadar Air
      Semua bahan pakan mengandung air, bahkan yang paling kering sekalipun. Untuk itu sebelum dianalisis di hitung dulu kadar airnya. Defano (2000) menyatakan ditiap bahan pakan yang paling kering sekalipun,masih terdapat kandungan air walaupun dalam jumlah yang kecil.

Hasil Pengamatan
Kelompok
Bahan
Pakan
C
(gr)
D
 (gr)
E
 (gr)
KA
(%)
BK
(%)
I
Bungkil Kedelai
29,57
1
30,45
12 %
88 %
II
Klobot
27,46
1
28,43
3 %
97 %
III
Tepung Ikan
39,50
1
40,19
31 %
69 %
IV
Tepung Kerabang Telur
25,17
1
26,17
5 %
95 %
V
Tepung Kulit Kerang
22,54
1
23,64
3 %
97 %
VI
Tepung Kulit Nanas
37,31
1
38,13
18 %
82 %
VII
Tepung Kulit Apel
22,79
1
23,55
24 %
76 %
VIII
Ampas Tahu
24,31
1
25,23
9 %
91 %
IX
Tepung Legum Stylo
28,86
1
29,82
4 %
96 %
X
Tepung Bagasse
22,60
1
23,47
13 %
87 %
XI
Dedak Padi
22,24
1
23,15
9 %
91 %







                                                                                Tabel.1. Kadar Air
     
Perhitungan kadar air :
            Kadar Air (X,%) = (C +D) – E x 100 %
                                                   D
Dari data bahwa sampel yang telah dilakukan dalam penganalisisan sebagian besar kadar air yang didapat dibawah 15 % kecuali pada Tepung Ikan, tepung kulit nanas, dan tepung kulit apel. Bahan pakan yang memiliki kadar air dibawah 15%  peluang untuk terjadinya kerusakan sangat kecil. Sedangkan pada bahan pakan yang mengandung kadar air yang lebig dari 15 % peluang kerusakannya relative besar.    Kadar air ini didapat setelah bahan pakan dikeringkan pada oven 1050c ± 12-16 jam. Hasil diatas sangat sesuai dengan pernyataan dari Haryanto, (2002) yang menyatakan bahwa Kadar air merupakan banyaknya air yang terkandung dalam bahan yang dinyatakan dalam satuan persen. Kadar air juga merupakan karakteristik yang sangat penting dalam bahan pangan karena air dapat mempengaruhi penampakan, tekstur, serta ikut menentukan kesegaran dan daya awet bahan pangan tersebut. Kadar air menyebabkan mudahnya bakteri, kapang dan khamir untuk berkembang biak sehingga akan terjadi perubahan pada bahan pangan. Kadar air adalah perbedaan antara berat bahan sebelum dan sesudah dilakukan pemanasan. Setiap bahan bila diletakkan dalam udara terbuka kadar airnya akan mencapai keseimbangan dengan kelembaban udara disekitarnya. Kadar air ini disebut dengan kadar air seimbang. Pernyataan Haryanto dikuatkan oleh  Winarno, (2004) yang menyatakan bahwa Kandungan air dalam bahan makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran dan daya tahan bahan itu. Selain merupakan bagian dari suatu bahan makanan, air merupakan pencuci yang baik bagi bahan makanan tersebut atau alat-alat yang akan digunakan dalam pengolahannya. Kandungan air dalam bahan makanan mempengaruhi daya tahan bahan makanan terhadap serangan mikroba yang dinyatakan dengan Aw yaitu jumlah air bebas yang dapat digunakan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya. Dari dua pernyataan yang disampaikan bahwa KA sangat mempengaruhi kualitas pakan.

2.      Kadar Abu
            Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan.

Hasil Pengamatan
Kelompok
Bahan Pakan
F
(gr)
G
(gr)
H
(gr)
Kadar Abu (%)
I
Bungkil Kedelai
29,57
1,01
38,00
8,72%
II
Klobot
27,64
1,01
33,09
5,70%
III
Tepung Ikan
22,23
1,01
32,89
10,9%
IV
Tepung Kerabang Telur
28,85
1,01
37,65
9,09%
V
Tepung Kulit Kerang
25,15
1,01
35,28
10,38%
VI
Tepung Kulit Nanas
37,30
1,01
42,52
5,59%
VII
Tepung Kulit Apel
22,77
1
33,16
10,39%
VIII
Ampas Tahu
39,49
1,01
43,92
4,82%
IX
Tepung Legum Stylo
27,45
1,01
36,28
9,10%
X
Tepung Bagasse
24,31
1,01
34,17
9,86%
XI
Dedak Padi
18,07
1,01
30,18
12,29%
Tabel 2. Kadar Abu

   Disini, bahan pakan ternak yang paling banyak mengandung kadar abu adalah  Dedak Padi.
Perhitungan kadar abu :
                           Kadar Abu (%) = H - F  x100%
                                                     G
Karra (2007) menyatakan bahwa pemanasan di dalam tanur adalah dengan suhu 400-600 derajat Celcius dan Halim (2006) menyatakan bahwa zat anorganik yang tertinggal di dalam pemanasan dengan tanur disebut dengan abu(ash). Menurut M. Syarif, (2000) penentuan kadar abu yaitu usaha untuk mengetahui kadar abu, dalam analisis secara umum ditentukan dengan membakar bahan pakan biasanya hanya zat-zat organik selanjutnya ditimbang, sisanya disebut abu.

3.      Protein Kasar
           Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kandungan nitrogen yang diperoleh dikalikan dengan angka 6,25 sebagai angka konversi menjadi nilai protein. Nilai 6,25 diperoleh dari asumsi bahwa protein mengandung 16% nitrogen(perbandingan protein : nitrogen =100 :16 = 6,25:1).
Perhitungan protein kasar :
Protein kasar (%) =  (K - J)x Norm NaOH x 0,014 x 6,25 x 100%
                                                                       I

Hasil Pengamatan
Kelompok
Bahan Pakan
I
(gr)
J
(gr)
K
(gr)
Protein Kasar
(%)
I
Bungkil Kedelai
0,3
21,5
21,8
3%
II
Klobot
0,3
21,7
21,8
1%
III
Tepung Ikan
0,3
15,3
21,8
57%
IV
Tepung Kerabang Telur
0,3
20,9
21,8
8%
V
Tepung Kulit Kerang
0,3
20,1
21,8
15%
VI
Tepung Kulit Nanas
0,3
21,8
21,8
13%
VII
Tepung Kulit Apel
0,3
21,5
21,8
3%
VIII
Ampas Tahu
0,3
20,3
21,8
11%
IX
Tepung Legum Stylo
0,3
20,7
21,8
10%
X
Tepung Bagasse
0,3
20,89
21,8
7,875%
XI
Dedak Padi
0,3
18,4
21,8
30%
Tabel 3. Protein Kasar

            Penentuan Protein kasar ini dilakukan dengan tiga tahap pengerjaan yaitu (1) Destruksi, (2) Destilasi, dan (3) Titrasi. Dari ketiga tahap pengerjaan tersebut didapatkan hasil yang seperti tersebut diatas bahwa kandungan kadar protein kasar yang bisa dikatakan berkualitas tinggi pada beberapa bahan pakan yaitu pada bahan dedak padi, tepung ikan, dan tepung kulit kerang. Kualitas tinggi protein ini sangat berguna dan sangat baik untuk ternak. Hal ini sesuai dengan  hasil penelitian Sutardi, (2009) yang menyatakan bahwa protein merupakan komponen penting yang terdapat dalam makanan, dari hasil penelitian bahwa protein sangat berkualitas tinggi.

4.      Lemak Kasar
            Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelaut lemak (ether) selama 16 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, eter, dan benzen. Akan tetapi yang digunakan pada praktikum ini adalah pelarut klorofofrm. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C. Pelarut akan menguap sedangkan lemak tidak (titik didih lemak lebih besar dari 105°C, sehingga tidak menguap dan tinggal di dalam wadah). Lemak yang tinggal dalam wadah ditentukan beratnya.
Perhitungan lemak kasar :
Lemak kasar % = M – N x 100
                                     L

Kelompok
Bahan Pakan
L
(gr)
M
(gr)
N
(gr)
Lemak Kasar
 (%)
I
Bungkil Kedelai
1
1,99
1,37
62%
II
Klobot
1
2,12
1,33
79%
III
Tepung Ikan
1
2,01
1,26
76%
IV
Tepung Kerabang Telur
1
2,17
1,40
77%
V
Tepung Kulit Kerang
1
2,15
1,38
77%
VI
Tepung Kulit Nanas
1
1,98
1,25
73%
VII
Tepung Kulit Apel
1
2,00
1,24
76%
VIII
Ampas Tahu
1
2,06
1,23
68%
IX
Tepung Legum Stylo
1
2,09
1,32
77%
X
Tepung Bagasse
1
2,02
1,28
34%
XI
Dedak Padi
1
2,03
1,26
77%
Tabel 4. Lemak Kasar

Buckle (2005) menyatakan sifat-sifat lemak yaitu tidak larut dalam air dan lemak adalah campuran trigliserida dalam bentuk padat dan terdiri dari suatu fase padat dan fase cair. Khairul (2009) menyatakan bahwa lemak kasar yang dihasilkan dari penentuan lemak kasar adalah ekstraksi dari klorofil, xanthofil, dan karoten. Kadar Lemak kasar yang didapat dari tabel  diatas merupakan hasil dari pengamatan terhadap bahan pakan diatas. Walaupun lemak yang diperoleh bukan lemak murni karena campuran beberapa zat-zat diantaranya klorofil,santofil, dan karoten. Lemak kasar ini ditentukan menggunakan alat soxhlet. Lemak kasar ini juga adalah zat yang tidak dapat larut dalam air akan tetapi dapat larut pada pelarut lemak seperti eter, kloroform, dan benzene. Pembahasan dan hasil diatas sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh Yunus (2008) yang mengatakan bahwa kandungan yang ada pada lemak kasar merupakan bukanlah lemak murni melainkan campuran dari beberapa zat yangterdiri dari klorofil, xantofil dan karoten.
Bahan yang mengandung banyak lemak kasar adalah tepung kedele. Ini dikarenakan tepung kedele merupakan sumber lemak nabati.

5.      Serat Kasar
            Komponen dalam suatu bahan yang tidak dapat larut dalam pemasakan dengan asam encer dan basa encer selama 30 menit adalah serat kasar dan abu. Untuk mendapatkan nilai serat kasar, maka bagian yang tidak larut tersebut (residu) dibakar sesuai dengan prosedur analisis abu. Selisih antara residu dengan abu adalah serat kasar.
      Serat kasar terdiri dari selulosa, hemiselulosa dan lignin. Selulosa dan hemiselulosa merupakan komponen dinding sel tumbuhan dan tidak dapat dicerna oleh ternak monogastrik. Hewan ruminansia mempunyai mikroorganisme rumen yang memiliki kemampuan untuk mencerna selulosa dan hemiselulosa. Chandra (2001).

Perhitungan serat kasar :
Serat  kasar  =  Q – R- O x 100%
                                      P

Hasil Pengamatan
Kelompok
Bahan
Pakan
O
(gr)
P
(gr)
Q
(gr)
R
(gr)
Serat Kasar
 (%)
I
Bungkil Kedelai
0,96
1
19,38
17,69
73 %
II
Klobot
0,99
1
16,1436
14,86
29,36 %
III
Tepung Ikan
1,01
1
25,87
24,67
19 %
IV
Tepung Kerabang Telur
1,05
1
16,4
15,05
29,5 %
V
Tepung Kulit Kerang
1,00
1
16,56
15,27
29 %
VI
Tepung Kulit Nanas
0,99
1
28,88
23,45
43 %
VII
Tepung Kulit Apel
0,99
1
16,57
15,47
11 %
VIII
Ampas Tahu
1,08
1
17,76
12,27
34 %
IX
Tepung Legum Stylo
1,08
1
15,07
13,67
32 %
X
Tepung Bagasse
0,98
1
15,03
13,53
53 %
XI
Dedak Padi
1,00
1
16,071
14,89
18 %
Tabel 5. Serat Kasar

Kadar serat kasar dari tabel diatas menunjukkan bahwa serat kasarnya rendah . Sehingga serat kasar yang didapatkan dari analisis ini dapat dikatakan pakan diatas dapat mempermudah bagi ternak mencernanya. Sehingga tidak menghambat kebutuhan nutrisi yang dibutuhkan ternak. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan Barry, (2004) yang menyatakan bahwa indikator dari daya cerna dan bulkiness suatu bahan pakan merupakan inti utama dari serat kasar. Dan Herman, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar merupakan kemudahan bagi makluk hidup untuk mendapatkan zat-zat yang dibutuhkan oleh tubuh. Poetra, (2007) juga menyatakan bahwa Kandungan serat kasar yang tinggidalam makanan akan menurunkan koefisiensi cerna dalam bahan pakan tersebut, karena serat kasar megandung bagian yang sukar untuk dicerna. Poetra, (2005) menyatakan bahwa Serat kasar adalah semua zat organik yang tidak larut dalam H2SO4 0,3 N dan dalam NaOH 1,5 N yang berturur-turutdimasak selama 30 menit. Mulyono, (2000) menyatakan analisis kadar serat kasar adalah usaha untuk mengetahui kadar serat kasar dalam bahan baku pakan pelaksanaan dilaboratorium biasanya dilakukan secara kimiawi dengan metode mendell.

6.      Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)
            Kandungan BETN suatu bahan pakan sangat tergantung pada komponen lainnya, seperti abu, protein kasar, serat kasar dan lemak kasar. Hal ini disebabkan penentuan kandungan BETN hanya berdasarkan perhitungan dari zat-zat yang tersedia. Susi (2001) menyatakan bahwa bahan ekstrak tanpa nitrogen adalah kandungan zat makanan dikurangi persentase air, abu, protein kasar, lemak kasar, dan serat kasar. Kadar Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen dihitung sebagai nutrisi sampingan dari protein.

Penentuan  kadar Ekstrak Tanpa Nitrogen hanya berdasarkan perhitungan 100% - (%air + %abu + %serat kasar + %protein kasar + %lemak kasar).

Hasil Pengamatan
Kelompok
Bahan Pakan
%BK
%Abu
%PK
%LK
%SK
BK (%)
I
Bungkil Kedelai
88%
8,72%
3%
62%
73 %
2,66 %
II
Klobot
97%
5,70%
1%
79%
29,36 %
60,635%
III
Tepung Ikan
69%
10,9%
57%
76%
19 %
57,64%
IV
Tepung Kerabang Telur
95%
9,09%
8%
77%
29,5 %
42,86%
V
Tepung Kulit Kerang
97%
10,38%
15%
77%
29 %
53,15%
VI
Tepung Kulit Nanas
82%
5,59%
13%
73%
43 %
45,32%
VII
Tepung Kulit Apel
76%
10,39%
3%
76%
11 %
2,15%
VIII
Ampas Tahu
91%
4,82%
11%
68%
34 %
42,50%
IX
Tepung Legum Stylo
96%
9,10%
10%
77%
32 %
61,20%
X
Tepung Bagasse
87%
9,86%
7,875%
34%
53 %
15,92%
XI
Dedak Padi
91%
12,29%
30%
77%
18 %
53,06%
Tabel 6. Bahan Ekstrak Tanpa Nitrogen (BETN)

Penentuan kadar BETN ini memiliki kentungan atau kelebihan dan kerugiannya. Keuntungan dari penentuan BETN yaitu tidak perlu lagi melakukan analisis dan bahkan proses penetuannya mudah. Sedangkan kerugian dari penentuan BETN yaitu apabila  salah satu dari nilai yang  didapat minus maka hasil yang akan ditentukan gagal. Dan Fatalnya lagi harus melakukan pengulangan pada tahap penganalisisan tersebut.



PENUTUP
Kesimpulan
Analisis proksimat adalah suatu metoda analisis kimia untuk mengidentifikasi kandungan nutrisi seperti protein, karbohidrat, lemak dan serat pada suatu zat makanan dari bahan pakan atau pangan. Penentuan Kadar Air Menguapkan air yang terdapat dalam bahan dengan oven dengan suhu 100°-105°C dalam jangka waktu tertentu. hingga seluruh air yang terdapat dalam bahan menguap atau penyusutan berat bahan tidak berubah lagi. Penentuan kadar abu Membakar bahan dalam tanur (furnace) dengan suhu 600°C selama 4-5 jam sehingga seluruh unsur pertama pembentuk senyawa organik (C,H,O,N) habis terbakar dan berubah menjadi gas. Sisanya yang tidak terbakar adalah abu yang merupakan kumpulan dari mineral-mineral yang terdapat dalam bahan. Dengan perkataan lain, abu merupakan total mineral dalam bahan. Penentuan kadar  protein Penetapan nilai protein kasar dilakukan secara tidak langsung, karena analisis ini didasarkan pada penentuan kadar nitrogen yang terdapat dalam bahan. Kadar lemak Melarutkan (ekstraksi) lemak yang terdapat dalam bahan dengan pelarut lemak (ether) selama 16 jam. Ekstraksi menggunakan alat sokhlet. Beberapa pelarut yang dapat digunakan adalah kloroform, heksana, dan aseton. Lemak yang terekstraksi (larut dalm pelarut) terakumulasi dalam wadah pelarut (labu sokhlet) kemudian dipisahkan dari pelarutnya dengan cara dipanaskan dalam oven suhu 105°C.

Saran
Pada saat praktikum berlangsung untuk para praktikan agar dapat lebih meningkatkan disiplin lagi sehingga dalam praktikum kita akan cepat selesai dan menggunakan peralatan laboratorium dengan hati-hati dan teliti sehingga dapat digunakan lagi untuk masa yang akan datang.


DAFTAR PUSTAKA
Amrullah. 2004. Analisa Bahan Pakan. Universitas Hasanudin. Makassar

Anonymous. 2002. Wikipedia/Analisis-Proksimat/.html

Barry. 2004. Nutrisi Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.

Buckle. 2005. Analisis kandungan pakan. Institut Pertanian Bogor

Defano. 2000 . Ilmu Makanan Ternak. Gajah Mada University Press Fakultas
Peternakan Universitas Gajah Mada. Yogyakarta.
Herman. 2005. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press.
            Jogjakarta.
Karra , 2003. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gajah Mada University.Yogyakarta
Khairul.2009 . Ilmu Gizi dan Makanan Ternak. Penerbit Angkasa. Bandung.
Mulyono.2000.  Metode Analisis Proksimat.  Jakarta  :  Erlangga.
Susi .  2001. Analisis dengan Bahan  Kimia .  Erlangga. Jakarta.


4 komentar:

  1. cantik yang punya,
    trims, blognya membantu.

    BalasHapus
  2. sangat bermanfaat, mb eka untuk rumus dan metode pengujian banyak merujuk pada dapusnya siapa ya ?? Mulyono.2000. Metode Analisis Proksimat. Jakarta : Erlangga. kah??

    BalasHapus