PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Keberhasilan analisis
suatu bahan pakan hanya akan dicapai jika pengambilan sampel bahan dilakukan
secara benar dan representatif. Untuk tujuan tersebut maka dalam pengambilan
sampel perlu diperhatikan hal berikut yaitu Homogenitas sampel, cara
pengambilan sampel, jumlah sampel, penanganan sampel, prosesing sampel, dan
penentuan kadar air sampel segar (Tarmidjo. 2004). Air Pakan akan menguap oleh panas,
sehingga yang tinggal adalah bahan kering. Persentase air dihitung dari
perbedaan bobot contoh sebelum dan sesudah perlakuan panas. Homogenitas sampel
ialah ukuran, berat sampel . cara pengambilan sampel ada 2 yaitu aselektif dan
selektif. Jumlah sampel yang diambil adalah 10% dari jumlah bahan. Perlu
penanganan yang baik agar tidak terjadi kerusakan pada saat bahan akan
dianalisis. Semua sampel harus dalam bentuk tepung. Setelah itu baru ditentukan
kadar air sampel segar.
Tujuan
dan Manfaat
Tujuan
Adapun tujuan praktikum
Bahan Pakan dan Formulasi Ransum tentang Preparasi sampel ialah agar mahasiswa
mengetahui teknik dalam pengambilan sampel yang benar dan juga agar memperoleh
hasil yang akurat demi keberhasilan analisis suatu bahan pakan.
Manfaat
Adapun manfaat dari
praktikum ini adalah mahasiswa mendapat pengetahuan agar tidak salah dalam
preparasi sampel pada saat melakukan analisis terhadap bahan pakan.
TINJAUAN
PUSTAKA
(BIP Ciawi, 2004) Rumput gajah
merupakan hijauan pakan sumber energi, memiliki batang yang kadar serat lebih
rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang lebih menggunakan
potongan batang (stek) atau sobekan rumput.
Carita
(2001). Pengurangan kadar air dengan pelayuan
perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga penambahan air
pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang lebih cermat.
Defano (2001) cara pengambilan sampel
terbagi atas 2,yaitu aselektif dan selektif dimana hasil dari kedua jenis
pengambilan ini akan berbeda.
Dina,2001 rumus penghitungan kadar air
adalah A-B x100%
A
Drs. Hardiyono (2000) komposisi rumput
setaria (dasar bahan kering) terdiri atas; abu 11,5%, ekstrak eter (EE) 2,8%,
serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen (BETN) 44,8%, protein ksar
(PK) 8,3% dan total digestible nutrients (TDN) 52,88%.
Farhan (2007). Ayam broiler telah dikenal masyarakat
dengan berbagai kelebihannya, antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen.
Ayam yang dipelihara adalah ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih &
cepat tumbuh.
Farida (2001). Ayam broiler merupakan ayam pedaging yang
mengalami pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan bahwa
ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam kampung
dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut
didukung oleh sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan,
temperature lingkungan dan pemeliharaan.
Galuh (2000). Dalam
penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh
tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang beragam
jumlah dan keadaan normalnya.
Murwani et al., (2009) menyatakan
jumlah sampel yang diambil adalah tidak lebih dari 10% dari jumlah barang.
Murtidjo (2009), mengatakan sampel yang
telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau brubh sehingga
mempunyai sifat yang berbeda dari sampel saat diambil.
Teriska (2000).
Persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh ternak ayam sangat
bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat kompleks. Serat
kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama feses.
Tjatiro
(2006) Serat kasar ini
masih dibutuhkan dalam jumlah kecil oleh
unggas yg berperan
sebagi bulky, untuk memperlancar pengeluaran feses.
METODOLOGI PENGAMATAN
Waktu
dan Tempat
Praktikum Bahan Pakan dan
Formulasi Ransum tahun 2013 dilaksanakan pada hari Senin, 22 April 2013, pada
pukul 14.00 WIB s/d selesai di Laboratorium Bahan Pakan dan Formulasi Ransum
Fakultas Peternakan Universitas Jambi.
Materi
Adapun materi yang di praktikumkan adalah Pengenalan Bahan Pakan. Alat yang
digunakan pada praktikum ini ialah neraca (timbangan) untuk melakukan penimbangan
terhadap sampel dalam menentukan berat awal dan berat setelah pengeringan.
Dalam praktikum ini bahan-bahan yang digunakan antara lain Rumput Gajah,
Rumput Benggala, Rumput Setaria, feses ayam kamp[ung, feses ayam broiler, feses
ayam arab, feses sapi, feses kerbau, feses rusa, feses bebek, feses babi, feses
kuda, dan feses kambing.
Metoda
Cara
kerja atau metode yang dilakukan oleh praktikan pada praktikum kali ini
tentang preparasi sampel yaitu praktikan menimbang
bahan yang masih dalam keadaan segar
dimana berat itu adalah berat awal bahan tersebut setelah
ditimbang kemudian bahan di jemur
hingga
kadar air tidak ada
kemudian ditimbang lagi dan dihitung
berat akhir lalu hitung kembali kadar air dan kadar bahan kering.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam pengambilan sampel suatu bahan
harus dilakukan secara benar agar diperoleh sampel yang benar-benar
representatif, yang mampu menggambarkan keadaan bahan yang diambil sampelnya
secara tepat. Untuk tujuan tersebut maka dalam pengambilan sampel perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Homogenitas Sampel
Efek ukuran dan berat partikel
sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan. Bagian yang berukuran danmempunyai
berat lebih besar cenderung akan terpisah (terSEGREGRASI) dari bagian yang lebih kecil dan
ringan. Oleh karena itu sebelum sampel diambil, bahan harus diaduk secara
merata atau sampel diambil secara acak dari beberapa bagian baik bagian dasar,
tengah maupun bagian atas sehingga diperoleh sampel yang benar representative.
b. Cara Pengambilan Sampel
Cara pengambilan sampel
dilakukan dengan dua cara yaitu secara ASELEKTIF dan SELEKTIF. ASELEKTIF
artinya cara pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau
memisahkan bagian-bagian dari bahan tersebut. Misalnya dalam pengambilan sampel
pada rumput gajah, sampel kita ambil dari seluruh bagian rumput gajah tersebut
baik bagian daun maupun bagian batang, kemudian dipotong-potong dan dicampur
secara merata agar diperoleh bahan yang benar-benar homogen, sehingga sampel
yang diambil benar-benar representatif. SELEKTIF artinya cara pengambilan sampel yang
dilakukan secara acak dari bagian-bagian tertentu suatu bahan. Misalnya dalam
pengambilan sampel bagian batang dan bagian daun rumput gajah, maka sebelum
diambil sampelnya bagian-bagian tersebut harus dipisahkan terlebih dahulu antara batang
dan daunnya, baru diambillah
sampelnya. Pendapat (Defano,2001) cara pengambilan sampel terbagi
atas 2,yaitu aselektif dan selektif dimana hasil dari kedua jenis pengambilan
ini akan berbeda.
c. Jumlah sampel
Jumlah sampel yang diambil akan
sangat berpengaruh terhadap tingkat representatif sampel yang diambil. Jumlah
sampel yang diambil tergantung pada kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan
yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil adalah 10%
dari jumlah bahan. Pada bahan yang berjumlah banyak misalnya lebih dari 100 kg,
sampel diambil sebanyak 10% dari jumlah tersebut secara acak, kemudian sampel
diambil lagi sebanyak 10% dari sampel yang terambil tersebut. Murwani
et al., (2009) menyatakan jumlah sampel yang diambil adalah tidak lebih dari
10% dari jumlah barang.
d. Penanganan sampel
Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak
rusak atau berubah sehingga mempunyai sifat yang berbeda dengan bahan dari mana
sampel tersebut diambil. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan atau
tumbuhnya jamur,
ketengikan dan lain-lain. Sampel yang
diperoleh dari kadar air rendah (kurang dari 15%),
kemungkinan terjadi kerusakan sampel sangat kecil sekali. Sehingga sampel dapat
langsung dimasukkan kedalam kantong plastik dan dibawa ke laboratorium untuk
dianalisis. Sedang sampel yang diperoleh dari bahan segar misalnya hijauan atau
silase, maka kemungkinan terjadi penguapan besar sekali. Jika lokasi pengambilan sampel jauh
dari laboratorium maka sampel yang telah diambil segera ditimbang, dikeringkan
atau dijemur sampai beratnya konstan di tempat yang aman (diusahakan tidak
terdapat bagian sampel yang hilang), kemudian dibawa ke laboratorium untuk
selanjutnya dianalisis. Murtidjo (2009), mengatakan sampel yang
telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak atau brubh sehingga
mempunyai sifat yang berbeda dari sampel saat diambil.
e.
Prosesing sampel
Untuk tujuan evaluasi terutama
evaluasi secara mikroskopik, kimia dan biologis, semua sampel harus digiling
lebih dahulu sehingga diperoleh sampel yang halus. Tipe evaluasi pakan pada
prisipnya ada 3 yaitu metode In vitro, Insacco, In vivo. Tipe evaluasi pakan In
vivo merupakan metode penentuan kecernaan pakan menggunakan hewan percobaan
dengan analisis pakan dan feses. Pencernaan ruminansia terjadi secara mekanis,
fermentative, dan hidrolisis Karim,2005. Dengan metode Invivo dapat
diketahui pencernaan bahan pakan yang terjadi didalam seluruh saluran
pencernaan ternak, sehingga nilai kecernaan pakan yang diperoleh mendekati
nilai sebenarnya. Koefisien cerna yang ditentukan secara In vivo biasanya 1%
sampai 2 % lebih rendah dari pada nilai kecernaan yang diperoleh secara In
vitro (T.cole.2001).
f.
Penentuan kadar air sampel segar
Sampel dapat berasal dari
tumbuh-tumbuhan (seperti rumput-rumputan, biji-bijian, buah-buahan, hasil
ikutan produksi pertanian dan pangan) maupun hewan dan hasil ikutannya. Sebelum
dikeringkan, bahan (sampel) segar dipotong-potong untuk mendapatkan partikel
yang lebih kecil agar cepat kering. Sejumlah sampel ditimbang (A g) kemudian dijemur sampai kering
dibawah sinar matahari atau dikeringkan dalam oven dengan temperature 50-60˚C
selama 24-48 jam. Setelah kering sampel ditimbang (B g) dan digiling untuk dianalisis lebih lanjut. Selisih anatara
berat sebelum dengan setelah dikeringkan merupakan kadar air (KA) dari sampel segar, dan selanjutnya
dapat ditentukan bahan kering (BK) udara
sampel.
Kadar Air
(%,Y) =
Kadar Bahan
Kering (%) =
Atau
Kadar Bahan
Kering (100%) = 100% - Kadar air
Dina (2001) rumus penghitungan kadar air adalah A-B x100%
A
Untuk
mengetahui kadar BK sesungguhnya (AS FED
DRY MATTER) dari suatu bahan maka BK udara (PARTIAL DRY MATTER) dikali dengan BK hasil pengeringan oven 105˚C.
Konversi
zat makanan dari suatu basis BK ke basis BK oven (DRY MATTER BASIS) diperoleh dengan :
ZM ( % DM ) =
Hasil
Pengamatan
Nama
Bahan
|
Berat
awal (A) (gram)
|
Berat
setelah pengeringan (B) (gram)
|
Rumput
Gajah
|
1000
gram
|
500
gram
|
Rumput
Benggala
|
1000
gram
|
500
gram
|
Rumput
Setaria
|
800
gram
|
500
gram
|
Feses
Ayam Kampung
|
1500
gram
|
700
gram
|
Feses
Ayam Broiler
|
1600
gram
|
900
gram
|
Feses
Ayam Arab
|
600
gram
|
190
gram
|
Feses
Sapi Potong
|
1000
gram
|
200
gram
|
Feses
Sapi Perah
|
1000
gram
|
250
gram
|
Feses
Kerbau
|
2000
gram
|
800
gram
|
Feses
Rusa
|
1000
gram
|
700
gram
|
Feses
Bebek
|
1000
gram
|
550
gram
|
Feses
Babi
|
500
gram
|
200
gram
|
Feses
Kuda
|
1500
gram
|
300
gram
|
Feses
Kambing
|
150
gram
|
80
gram
|
Bahan pakan yang diambil dalam pada
praktikum preparasi sample ini adalah rumput gajah, rumput raja, feses ayam,
dan feses sapi hali ini sesuai dengan pernyataan (Galuh,2000) , Dalam
penentuan kadar air dari setiap sampel-sampel dapat berasal dari tumbuh
tumbuhan maupun hewan dan hasil ikutan lainnnya dengan kadar air yang beragam
jumlah dan keadaan normalnya.
Maka kadar air setiap
sample dapat dihitung dengan hasil seperti berikut :
1. Hijauan
pakan
a. Rumput
Gajah
(BIP Ciawi,
2004) Rumput gajah merupakan hijauan pakan sumber energi, memiliki batang yang
kadar serat lebih rendah sehingga dapat dipotong pada tingkat pertumbuhan yang
lebih menggunakan potongan batang (stek) atau sobekan rumput.
A=
1000 gram
B=
500 gram
Kadar
udara →
=
50%
Kadar
Bahan Kering →
= 50%
b. Rumput Benggala
Panicum maximum disebut juga rumput benggala
berasal dari Afrika tropik dan sub tropik. Ciri-cirinya bersifat perennial,
batang tegak, kuat, dan membentuk rumpun. Akarnya membentuk serabut dalam, buku
dan lidah daun berbulu. Warna bunga
hijau atau keunguan (Tumbuh pada daerah dataran rendah sampai pegunungan 0–1200
m di atas permukaan laut. Produksi Panicum maximum yang dihasilkan
mencapai 100–150 ton/ha/th dalam bahan segar. Panen pertama dilakukan setelah
2–3 bulan setelah penanaman (Sutopo, 1985).
A=
1000 gram
B=
500 gram
Kadar
udara →
=
50%
Kadar
Bahan Kering →
= 50%
c. Rumput Setaria
Drs. Hardiyono
(2000) komposisi rumput setaria (dasar bahan kering) terdiri atas; abu 11,5%,
ekstrak eter (EE) 2,8%, serat kasar (SK) 32,5%, bahan ekstrak tanpa nitrogen
(BETN) 44,8%, protein ksar (PK) 8,3% dan total digestible nutrients (TDN)
52,88%.
A=
800 gram
B=
500 gram
Kadar
udara →
=
37,5%
Kadar
Bahan Kering →
= 62,5%
2. Feses Ayam Kampung
A=
1500 gram
B=
700 gram
Kadar
udara →
=
53,33%
Kadar
Bahan Kering →
= 46,67%
3. Feses Ayam Broiler
Farhan (2007)
Ayam broiler telah dikenal masyarakat dengan berbagai kelebihannya,
antara lain hanya 5-6 minggu sudah siap dipanen. Ayam yang dipelihara adalah
ayam broiler yakni ayam yang berwarna putih & cepat tumbuh. Pendapat ini
didukung oleh pernyataan (Farida. 2001) Ayam broiler merupakan ayam pedaging
yang mengalami pertumbuhan pesatpada umur 1 – 5 minggu. Selanjutnya dijelaskan
bahwa ayam broiler yang berumur 6 minggu sudah sama besarnya dengan ayam
kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Keunggulan ayam broiler tersebut
didukung oleh sifat genetic dan keadaanlingkungan yang meliputi makanan,
temperature lingkungan dan pemeliharaan.
A=
1600 gram
B=
900 gram
Kadar
udara →
=
43,75%
Kadar
Bahan Kering →
= 56,25%
4. Feses Ayam Arab
A=
600 gram
B=
190 gram
Kadar
udara →
=
68,33%
Kadar
Bahan Kering →
= 31,67%
5. Feses Sapi
a. Sapi Potong
A=
1000 gram
B=
200 gram
Kadar
udara →
=
80%
Kadar
Bahan Kering →
= 20%
b. Sapi Perah
A=
1000 gram
B=
250 gram
Kadar
udara →
=
75%
Kadar
Bahan Kering →
= 25%
6. Feses Kerbau
A=
2000 gram
B=
8000 gram
Kadar
udara →
=
60%
Kadar
Bahan Kering →
= 40%
7. Feses Rusa
A=
1000 gram
B=
700 gram
Kadar
udara →
=
30%
Kadar
Bahan Kering →
= 70%
8. Feses Bebek
A=
1000 gram
B=
550 gram
Kadar
udara →
=
45%
Kadar
Bahan Kering →
= 55%
9. Feses Babi
A=
500 gram
B=
200 gram
Kadar
udara →
=
60%
Kadar
Bahan Kering →
= 40%
10. Feses Kuda
A=
1500 gram
B=
300 gram
Kadar
udara →
=
80%
Kadar
Bahan Kering →
= 20%
11. Feses Kambing
A=
150 gram
B=
80 gram
Kadar
udara →
=
53,33%
Kadar
Bahan Kering →
= 46,67%
Tarmidjo.
2004. Air
Pakan akan menguap oleh panas, sehingga yang tinggal adalah bahan kering.
Persentase air dihitung dari perbedaan bobot contoh sebelum dan sesudah
perlakuan panas. Di dalam feses masih terdapat serat-serat (Teriska) 2000.
Persentase serat kasar yang dapat dicerna oleh ternak ayam sangat
bervariasi. Efeknya terhadap penggunaan energi sangat kompleks. Serat
kasar yang tidak tercerna dapat membawa nutrien lain yang keluar bersama feses.
Menurut Tjatiro (2006) Serat kasar ini masih dibutuhkan
dalam jumlah kecil oleh unggas yg berperan
sebagi bulky, untuk memperlancar pengeluaran feses
Setelah hasil didapatkan
dapat disimpulkan kadar air yang paling banyak terdapat di feses dari pada dari
tumbuhan menurut (Carita,2001), Pengurangan kadar air dengan pelayuan
perlu ditentukan lama dan KA akhir yang diperoleh. Demikian juga penambahan air
pada bahan dengan KA yang rendah, diperlukan perhitungan yang lebih cermat. Demikian hasil yang diperoleh pada praktikum preparasi
sampel yang telah dilakukan dengan cara yang terdapat pada buku pedoman.
PENUTUP
Kesimpulan
Adapun kesimpulan yang
diperoleh pada praktikum Bahan Pakan dan Formulasi Ransum yang berjudul
“Preparasi Sampel” adalah
untuk keberhasilan pada analisis suatu bahan pakan maka perlu memperhatikan
sistematika proses yang benar antara lain yaitu homogenitas sampel, cara
pengambilan sampel, jumlah sampel, penanganan sampel, prosesing sampel, dan
penentuan kadar air sampel segar. Untuk menentukan kadar air dan kadar bahan
kering maka sampel terlebih dahulu dijemur dibawah panas matahari, dari tiap
bahan yang berbeda mempunyai kadar air yang berbeda tergantung pada
perlakuannya.
Saran
Selama
praktikum Preparasi Sampel berlangsung, praktikan harus memperhatikan saat
asdos menerangkan agar mudah memahami apa yang disampaikan dan juga ketelitian
praktikan sangat dituntut dalam menghitung kadar air dan kadar bahan kering
sampel. Praktikan harus menjaga ketenangan pada saat praktikum berlangsung,
agar suasana praktikum jadi nyaman.