: http://i1122.photobucket.com/albums/l524/riyosuke/tail2.gif

Jumat, 10 Mei 2013

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosi. Anemia adalah suatu keadaan dengan kadar hemoglobin yang lebih rendah dari normal. Anemia bisa juga berarti suatu kondisi ketika terdapat defisiensi ukuran atau jumlah eritrosit atau kandungan hemoglobin. Anemia yang paling umum ditemukan di masyarakat adalah anemia gizi besi. Terjadinya anemia gizi besi ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya kandungan zat besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang sangat rendah, adanya parasit dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare, kehilangan banyak darah akibat kecelakaan atau operasi karena penyakit (Wirakusumah, 1999). Anemia gizi besi adalah anemia yang terjadi akibat kekurangan zat besi dalam darah. Artinya, konsentrasi hemoglobin dalam darah berkurang karena terganggunya pembentukan sel-sel darah merah akibat kurangnya kadar zat besi dalam darah. Semakin berat kurangnya kadar zat besi yang terjadi, akan semakin berat anemia yang diderita. Anemia gizi besi berakibat buruk bagi penderita terutama bagi golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah. Pada anak dan remaja yang terkena anemia gizi akan terganggu 2 pertumbuhan fisik dan perkembangan. Selain itu, aktivitas fisiknya juga akan menurun (Wirakusumah, 1999). Prevalensi anemia (< 12g/ dl) adalah sebesar 27% ( remaja desa) dan 22% (remaja kota) pada saat tidak sedang menstruasi. Sebanyak 24% (remaja desa) dan 27,8% (remaja kota) pada saat menstruasi. Data tersebut menunjukkan bahwa kadar hemoglobin lebih tinggi pada remaja desa pada saat menstruasi, sedangkan kadar hemoglobin lebih rendah pada remaja desa pada saat tidak sedang menstruasi (Vasanthi et.al, 1991). 1.2. Tujuan Untuk mengetahui kadar hemoglobin (Hb) darah BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Hemoglobin Hemoglobin merupakan protein yang terdapat dalam sel darah merah atau eritrosit, yang memberi warna merah pada darah. Hemoglobin terdiri atas zat besi yang merupakan pembawa oksigen. Kadar hemoglobin dapat ditetapkan dengan berbagai cara, antara lain metode Sahli, oksihemoglobin atau sianmethhemoglobin. Metode Sahli tidak dianjurkan karena memiliki kesalahan yang besar, alatnya tidak dapat distandardisasi, dan tidak semua jenis hemoglobin dapat diukur, seperti sulfhemoglobin, methemoglobin dan karboksihemoglobin. Dua metode yang lain (oksihemoglobin dan sianmethemoglobin) dapat diterima dalam hemoglobinometri klinik. Namun, dari dua metode tersebut, metode sianmethemoglobin adalah metode yang dianjurkan oleh International Commitee for Standardization in Hematology (ICSH) sebab selain mudah dilakukan juga mempunyai standar yang stabil dan hampir semua hemoglobin dapat terukur, kecuali sulfhenoglobin. Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang.  Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah  Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah  Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah  Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah  Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah  Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah 2.2 Dasar Penetapan Penetapan Hb metode Sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah dengan larutan HCl 0.1N kemudian diencerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokkan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. Metode ini memiliki kesalahan sebesar 10-15%, sehingga tidak dapat untuk menghitung indeks eritrosit. Penetapan kadar Hb metode oksihemoglobin didasarkan atas pembentukan oksihemoglobin setelah sampel darah ditambah larutan Natrium karbonat 0.1% atau Ammonium hidroksida. Kadar Hb ditentukan dengan mengukur intensitas warna yang terbentuk secara spektrofotometri pada panjang gelombang 540 nm. Metode ini tidak dipengaruhi oleh kadar bilirubin tetapi standar oksihemoglobin tidak stabil. Metode sianmethemoglin didasarkan pada pembentukan sianmethemoglobin yang intensitas warnanya diukur secara fotometri. Reagen yang digunakan adalah larutan Drabkin yang mengandung Kalium ferisianida (K3Fe[CN]6) dan kalium sianida (KCN). Ferisianida mengubah besi pada hemoglobin dari bentuk ferro ke bentuk ferri menjadi methemoglobin yang kemudian bereaksi dengan KCN membentuk pigmen yang stabil yaitu sianmethemoglobin. Intensitas warna yang terbentuk diukur secara fotometri pada panjang gelombang 540 nm. Selain K3Fe[CN]6 dan KCN, larutan Drabkin juga mengandung kalium dihidrogen fosfat (KH2PO4) dan deterjen. Kalium dihidrogen fosfat berfungsi menstabilkan pH dimana rekasi dapat berlangsung sempurna pada saat yang tepat. Deterjen berfungsi mempercepat hemolisis darah serta mencegah kekeruhan yang terjadi oleh protein plasma. Hemoglobin berperan penting dalam mempertahankan bentuk sel darah merah dan memberi warna merah pada darah. Struktur hemoglobin yang abnormal bisa mengganggu bentuk sel darah merah dan menghambat fungsi dan aliran darah melewati pembuluh darah. beberapa kondisi yang berkaitan dengan jumlah SDM dan Hb yaitu : 1. Jumlah SDM normal tapi kadar Hb kurang karena ukuran SDM lebih kecil daripada normal yang disebut anemia mikrositik. 2. Jumlah SDM normal tetapi kadar Hb kurang karena kadar Hb memang kuarang daripada normal yang disebut anemia hipokromik. Kadar hemoglobin dalam darah dapat ditentukan dengan berbagai macam cara atau metode. Metode yang paling tepat adalah berdasarkan atas analisa kandungan besi atau kapasitas peningkatan oksigen dari molekul tersebut. Sejumlah prosedur yang cepat telah dikenbangkan berdasarkan pengamatan secara langsung pada warna darah dan menyamakan dengan suatu standar buatan. Penetapan Hb metode sahli didasarkan atas pembentukan hematin asam setelah darah ditambah drngan larutan HCL 0,1 N kemudian diemcerkan dengan aquadest. Pengukuran secara visual dengan mencocokan warna larutan sampel dengan warna batang gelas standar. BAB III METODOLOGI PRAKTIKUM 3.1. Waktu dan Tempat Praktikum dilakukan pada hari jumat tanggal 16 desember 2011 dan pada pukul 13.20 WIB. Dan bertempat dilaboratorium MIPA IAIN Raden Fatah Palembang. 3.2. Alat dan Bahan  Alat : haemometer sahli, pipet sahli yang bersekala dari 0,02 ml (ketelitiannya 1%), standar pasteur, batang pengaduk dari gelas, jarum suntik.  HCL 0,1 N, aquadest. 3.3. Cara Kerja 1. Masukkan kira-kira 5 tetes HCL 0,1 N ke dalam tabung pengencer hemometer. 2. Isaplah darah dengan pipet hemoglobin sampai garis tanda 0,02 ml. 3. Hapuslah darah yang melekat pada sebelah luar ujung pipet. 4. Catatlah waktunya dan segerahlah alirkan darah dari pipet kedalam dasar tabung pengenceran yang berisi HCL itu, hati-hati jangan sampai terjadi gelembung udara. 5. Angkatlah pipet itu sedikit, lalu isap asam HCL yang jernih itu kedalam pipet 2 atau 3 kali untik membersihkan darah yang masih tinggal dalam pipet. 6. Campurkan isi tabung itu supaya darah dan asam bersenyawa, warna campuran menjadi coklat tua. 7. Tambahkam air setetes demi setetes, tiap kali diaduk dengan batang standar harus dicapai 5 menit. Setelah saat darah dan HCL di campur dalam alat sahli. Dalam alat mempersamakan warna hendaknya tabung diputar demikian sehingga garis bagi tidak terlihat. 8. Bacalah kadar hemoglobin dengan garam/100 ml darah (gr%) BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Nama Mahasiswa Kadar Hemoglobin Keterangan M. Osen 10,4 Normal Mussiah 6 Anemia Sefti yanti 9 Anemia Umi latifah 8 Anemia 4.2. Pembahasan Pada kegiatan praktikum kali ini telah dilakukan beberapa uji sampel kepada beberapa mahasiswa yang melakukan praktikum, tapi dari kegiatan yang telah dilakukan hasil yang didapat adalah kebanyakan Hb dari tiap-tiap mahasiswa dibawah ambang batas Hb yang menjadi standar pengukuran. Adapun beberapa hal yang menjadi sumber kesalahan, dari praktikum yang telah kami lakukan ialah ialah: Tidak semua hemoglobin berubah menjadi hematin asam seperti karboksihemoglobin, methemoglobin, sulfahemoglobin. • Kemampuan untuk membedakan warna tidak sama • Sumber cahaya yang kurang baik. • Kelelahan mata • Alat-alat kurang bersih Pemeriksaan hemoglobin dalam darah mempunyai peranan yang penting dalam diagnosa suatu penyakit, karena hemoglobin merupakan salah satu protein khusus yang ada dalam sel darah merah dengan fungsi khusus yaitu mengangkut O2 ke jaringan dan mengembalikan CO2 dari jaringan ke paru-paru. Kegunaan dari pemeriksaan hemoglobin ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya gangguan kesehatan pada pasien, misalnya kekurangan hemoglobin yang biasa disebut anemia. Hemoglobin bisa saja berada dalam keadaan terlarut langsung dalam plasma. Akan tetapi kemampuan hemoglobin untuk mengikat oksigen tidak bekerja secara maksimum dan akan mempengaruhi pada faktor lingkungan. Hemoglobin yang meningkat terjadi karena keadaan hemokonsentrasi akibat dehidrasi yang menurun dipengaruhi oleh berbagai masalah klinis. Pemeriksaan hemoglobin dilakukan pengukuran dengan metode cyanmethemoglobin. Sebelumnya eritrosit dilisiskan kemudian heme dioksidasi menjadi cyanmethemoglobin dan diukur dengan fotometer pada panjang gelombang 540 nm. Hemoglobin merupakan pigmen dari eritrosit yang sangat kompleks. Hemoglobin merupakan persenyawaan antara protein, globin dan zat warna (heme). Keistimewaan dari hemoglobin adalah dapat mengikat O2 dan CO2. Pada metode sahli, darah sengan larutan HCl 0,1 N akan membentuk hematin yang berwarna coklat. Setelah itu, warna disamakan dengan warna standar sahli dengan menambahkan aquadest sebagai pengencer. Prinsip hemoglobin diubah mejadi asam hematin, kemudian warna yang terjadi dibandingkan secara visual dengan standar dalam alat itu. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan Hemoglobin adalah metalprotein pengangkut oksigen yang mengandung besi dalam sel merah dalam darah mamalia dan hewan lainnya. Molekul hemoglobin terdiri dari globin, apoprotein dan empat gugus heme, suatu molekul organik dengan satu atom besi. Hemoglobin adalah protein yang kaya akan zat besi. Memiliki afinitas (daya gabung) terhadap oksigen dan dengan oksigen itu membentuk oxihemoglobin di dalam sel darah merah. Dengan melalui fungsi ini maka oksigen dibawa dari paru-paru ke jaringan-jaringan (Evelyn, 2009). Hemoglobin merupakan senyawa pembawa oksigen pada sel darah merah. Hemoglobin dapat diukur secara kimia dan jumlah Hb/100 ml darah dapat digunakan sebagai indeks kapasitas pembawa oksigen pada darah. Hemoglobin adalah kompleks protein-pigmen yang mengandung zat besi. Kompleks tersebut berwarna merah dan terdapat didalam eritrosit. Sebuah molekul hemoglobin memiliki empat gugus haeme yang mengandung besi fero dan empat rantai globin (Brooker, 2001). Kadar hemoglobin dalam darah sangat tergantung pada jenis kelamin dan umur seseorang.  Pria dewasa : 13.2 - 17.3 g/100 ml darah  Perempuan : 11.7 - 15.5 g/100 ml darah  Bayi baru lahir : 15.2 - 23.6 g/100 ml darah  Anak usia 1-3 tahun : 10.8 - 12.8 g/100 ml darah  Anak usia 4-5 tahun : 10.7 - 14.7 g/100 ml darah  Anak usia 6-10 tahun : 10.8 - 15.6 g/100 ml darah Berdasarkan hasil percobaan, dalam penetapan kadar hemoglobin yang digunakan untuk mendiagnosa anemia, diketahui bahwa metode hematin asam dengan termometer sahli dinilai lebih besar tingkat ke akuratannya dibandingkan dengan metode tallquist. Hal tersebut terjadi karena terdapat beberapa faktor, diantaranya adalah ketelitian praktikan yang cenderung lebih besar saat menggunakan metode hemometer sahlia yang notabene memiliki skala yang lebih baik 5.2. Saran 1. Pada saat penelitiaan sebaiknya siswa berhati-hati agar tidak terjadi kesalahan. 2. Pada saat pengambilan darah sebaiknya darah yang diambil melalui pipet jangan sampai teputus, dan harus sesuai dengan ukuran yang ada. 3. Dan pada saat pengambilan sampel hendaknya berhati-hati dalam melihat warna, karena harus sama dengan tabung yang ada di dalam alat sahli haemometer. DAFTAR PUSTAKA Http://www.Aquvet.il2.Com http:// www.hemoglobin.com http:// www.wikipediagolongandarah.com http:// www.wikipediahemoglobin.com http:// www.blog-anatomi-com Syarifah, Elfira Rosa. 2011: Panduan praktikum fisiologi hewan.Palembang Syamsuri, Istamar. 2004: Erlangga Biologi XI. Jakarta. HEMATOKRIT HEMATOKRIT Tujuan Menetukan nilai hemaktokrit (% volume eritrosit di dalam darah dengan metode Makrohematokrit. Dasar Teori Darah adalah suatu fluida (yang dinamakan plasma) tempat beberapa bahan terlarut dan tempat eritrosit, leukosit dan beberapa bahan lain yang tersuspensi. Sistem peredaran darah terdiri dari jantung(yang merupakan pusat pemompaan darah), arteri (pembuluh darah dari jantung), kapiler (yang menghubungkan arteri dengan vena) dan vena (pembuluh darah yang menuju jantung). Sistem peredaran darah pada ikan disebut sistem peredaran darah tunggal. Yang dimaksud dengan peredaran darah tunggal adalah dimana darah hanya satu kali saja melewati jantung. Darah yang terkumpul dari seluruh tubuh masuk ke atrium. Pada saat relaksasi, darah mengalir pada sebuah katup kedalam ventrikel yang berdinding tebal. Kontraksi dari ventrikel ini sangat kuat sehingga menyebabkan darah keluar menuju jaringan kapiler insang lalu dari insang darah mengalir ke jaringan kapiler lain dalam tubuh. Pertukaran zat-zat pun terjadi pada saat pengaliran darah ini. Darah berfungsi mengedarkan suplai makanan kepada sel-sel tubuh, membawa oksigen ke jaringan-jaringan tubuh, membawa hormon dan enzim ke organ yang memerlukan. Pertukaran oksigen terjadi dari air dengan karbondioksida terjadi pada bagian semipermeable yaitu pembuluh darah yang terdapat di daerah insang. Selain itu, di daerah insang terjadi pengeluaran kotoran yang bernitrogen. Melalui sel darah, suatu organisme dapat pula diketahui sampai mana organisme tersebut mengalami pencemaran, baik itu dari media hidupnya dimana kualitas air tidak memenuhi syarat. Untuk mengetahui lebih lanjut dapat kita lihat dari presentase hematokrit yang terkandung dalam darah Pemeriksaan hematologi merupakan sekelompok pemeriksaan laboratorium yang terdiri atas beberapa macam pemeriksaan. Pemeriksaan darah rutin meliputi hemoglobin, jumlah lekosit, hitung jenis lekosit, Laju Endap Darah (LED). Pemeriksaan darah khusus meliputi gambaran darah tepi, jumlah eritrosit, hematokrit, indeks eritrosit, jumlah retikulosit dan jumlah trombosit (Budiwiyono, dkk, 1995). Pemeriksaan hematokrit merupakan salah satu pemeriksaan darah khusus yang sering dikerjakan dilaboratorium berguna untuk membantu diagnosa berbagai penyakit diantaranya Demam Berdarah Dengue (DBD), anemia, polisitemia. Penetapan nilai hematokrit dapat dilakukan dengan cara makro dan mikro. Pada cara makro digunakan tabung wintrobe, sedangkan pada cara mikro digunakan pipet kapiler (Wirawan, dkk, 1996). Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit (Gandasoebrata, 2008). Untuk pemeriksaan-pemeriksaan hematologi dan pemeriksaan lain yang menggunakan darah sebagai bahan pemeriksaan, pengambilan darah penderita (sampling) merupakan awal pemeriksaan yang harus dikerjakan dengan benar karena akan sangat menentukan hasil pemeriksaan (Purwanto, 1996). Pemeriksaan hematokrit dapat diukur dengan menggunakan darah vena atau darah kapiler (Gandasoebrata, 2008). Darah kapiler digunakan bila jumlah darah yang dibutuhkan hanya sedikit, sedangkan bila jumlah darah yang dibutuhkan lebih dari 0,5 ml lebih baik menggunakan darah vena (Kiswari dan Agung, 2005). Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia. Lokasi pengambilan darah kapiler pada orang dewasa dipakai ujung jari atau cuping telinga sedangkan lokasi pengambilan darah vena pada orang dewasa pada dasarnya semua vena superfisial dapat dipakai namun yang sering digunakan ialah vena mediana cibiti karena mempunyai fiksasi yang lebih sehingga memudahkan pada saat sampling (Gandasoebrata, 2008). Hematokrit atau volume eritrosit yang dimampatkan (packed cell volume, PCV) adalah persentase volume eritrosit dalam darah yang dimampatkan dengan cara diputar pada kecepatan tertentu dan dalam waktu tertentu. Tujuan dilakukannya uji ini adalah untuk mengetahui konsentrasi eritrosit dalam darah. Berdasarkan reprodusibilitas dan sederhananya, pemeriksaan ini paling dapat dipercaya di antara pemeriksaan yang lainnya, yaitu kadar hemoglobin dan hitung eritrosit. Dapat dipergunakan sebagai tes penyaring sederhana terhadap anemia. Nilai hematokrit atau PCV dapat ditetapkan secara automatik menggunakan hematology analyzer atau secara manual. Metode pengukuran hematokrit secara manual dikenal ada 2, yaitu : 1. Metode makrohematokrit Pada metode makro, sebanyak 1 ml sampel darah (darah EDTA atau heparin) dimasukkan dalam tabung Wintrobe yang berukuran panjang 110 mm dengan diameter 2.5-3.0 mm dan berskala 0-10 mm. Tabung kemudian disentrifus selama 30 menit dengan kecepatan 3.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit adalah nilai hematokrit yang dinyatakan dalam %. 2. Metode mikrohematokrit Pada metode mikro, sampel darah (darah kapiler, darah EDTA, darah heparin atau darah amonium-kalium-oksalat) dimasukkan dalam tabung kapiler yang mempunyai ukuran panjang 75 mm dengan diameter 1 mm. Tabung kapiler yang digunakan ada 2 macam, yaitu yang berisi heparin (bertanda merah) untuk sampel darah kapiler (langsung), dan yang tanpa antikoagulan (bertanda biru) untuk darah EDTA/heparin/amonium-kalium-oksalat. Prosedur pemeriksaannya adalah : sampel darah dimasukkan ke dalam tabung kapiler sampai 2/3 volume tabung. Salah satu ujung tabung ditutup dengan dempul (clay) lalu disentrifus selama 5 menit dengan kecepatan 15.000 rpm. Tinggi kolom eritrosit diukur dengan alat pembaca hematokrit, nilainya dinyatakan dalam %. Metode mikrohematokrit lebih banyak digunakan karena selain waktunya cukup singkat, sampel darah yang dibutuhkan juga sedikit dan dapat dipergunakan untuk sampel tanpa antikoagulan yang dapat diperoleh secara langsung. Pada sampling darah vena pemakaian ikatan pembendung yang terlalu lama atau kuat dapat mengakibatkan hemokonsentrasi. Hemolisis juga dapat terjadi jika spuit dan jarum yang digunakan basah atau tidak melepaskan jarum spuit terlebih dahulu ketika memasukkan darah ke dalam botol sampel (Gandasoebrata, 2008). Sampling darah kapiler lebih mudah dibanding dengan sampling yang lain. Namun tempat penusukan harus baik, aliran darah lancar dan tidak boleh ada perdangan. Ujung jari yang ditekan-tekan dapat menyebabkan tercampurnya darah kapiler dengan cairan jaringan (Purwanto, 1996). Darah kapiler dan darah vena mempunyai susunan darah berbeda. Packed Cell Volume (PCV) atau hematokrit, hitung jumlah sel darah merah, hemoglobin pada darah kapiler sedikit lebih rendah dari pada darah vena (Purwanto, 1996). Total lekosit dan jumlah netrofil lebih tinggi darah kapiler sekitar 8%, jumlah monosit sekitar 12%, sebaliknya jumlah trombosit lebih tinggi darah vena dibanding darah kapiler. Perbedaan sekitar 9% atau 32 % pada keadaan tertentu. Terjadinya ini mungkin berkaitan dengan adhesi trombosit pada tempat kebocoran kulit (Dacie and Lewis, 2002). Alat Dan Bahan : 1. Tabung Wintrob berskal 0-10 2. Alat pusing biasa (centrifuge) 3. Pipet berujung panjang (pipet Pasteur) 4. Antikoagulan : Na sitrat 3,8 % 5. Alat untuk mengambil darah Prosedur Kerja 1. Dengan menggunakan pipet Pasteur isi tabung Wintrob dengan darah yang telah dicampur dengan antikoagulan sampai tinggi darah dalam tabung 3,2 2. Kemudian diisi dengan akuades sama banyak 3,2 3. Lakukan pada tabung lain sebanyak 3 tabung 4. Pusingkan dengan centrifuge pada kecepatan 3000 rpm selama 5 menit Hasil Pengamatan 1. Tinggi darah dalam tabung : 3,2 2. Akuades yang diisi : 3,2 3. Di centrifugasi selama 5 menit 4. Endapan = 0,5/3,2 X 100% = 15.625% Pembahasan Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 41%. Darah dengan antikogulan isotonic dalam tabung dipusing selama 30 menit dengan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan kecepatan 3000 rpm sehingga eritrosit dipadatkan membuat kolom dibagian bawah dan tabung tingginya kolom mencerminkan nilai hematokrit. Intinya Darah dicentrifuge supaya eritrosit mengendap. Prinsip pemeriksaan hematokrit cara manual yaitu darah yang mengandung antikoagulan disentrifuse dan total sel darah merah dapat dinyatakan sebagai persen atau pecahan desimal. Penetapan nilai hematokrit cara manual dapat dilakukan dengan metode makrohematokrit atau metode mikrohetokrit. Pada cara makrohematokrit digunakan tabung Wintrobe yang mempunyai diameter dalam 2,5 – 3 mm,panjang 110 mm dengan skala interval 1 mm sepanjang 100 mm dan volumenya ialah 1 ml. pada cara mikrohematokrit digunakan tabung kapiler yang panjangnya 75 mm dan diameter dalam 1 mm, tabung ini ada dua jenis, ada yang dilapisi antikoagulan Na2EDTA atau heparin dibagian dalamnya dan ada yang tanpa koagulan. Tabung kapiler dengan anti koagulan dipakai bila menggunakan darah tanpa anti koagulan seperti darah kapiler, sedangkan tabung kapiler dengan antikoagulan dipakai bila menggunakan darah dengan anti koagulan seperti darah vena. Metode mikrohematokrit mempunyai keunggulan lebih cepat dan sederhana. Metode mikrohematokrit proporsi plasma dan eritrosit (nilai hematokrit) dengan alat pembaca skala hematokrit. Metode pemeriksaan secara mikro berprinsip pada darah yang dengan antikoagulan dicentrifuge dalam jangka waktu dan kecepatan tertentu, sehingga sel darah dan plasmanya terpisah dalam keadaan mapat. Prosentase volum kepadatan sel darah merah terhadap volume darah semula dicatat sebagai hasil pemeriksaan hematokrit. Pertama-tama, tabung Wintrobe diisi dengan darah antikoagulan. Kemudian masukkan tabung tersebut ke dalam sentrifuge (pemusing) yang cukup besar, pusinglah selama 5 menit dengan kecepatan 3000 rpm. Bacalah hasilnya dengan memperhatikan : • Warna plasma di atas : warna kuning itu dapat dibandingkan dengan larutan kaliumbicarbonat dan intensitasnya disebut dengan satuan. Satu satuan sesuai dengan warna kaliumbicarbonat 1 : 10000. • Tebalnya lapisan putih di atas sel-sel merah yang tersusun dari leukosit dan trombosit (buffy coat) • Volume sel-sel darah merah Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil, yaitu persentase hematokrit yang menunjukan nilai persentase sel darah merah. Pada percobaan kelompok didapatkan nilai hematokritnya 15,6% . Hal ini berarti darahnya terdiri dari 15,6% sel darah. Kesimpulan Hematokrit adalah persentase volume seluruh SDM yang ada dalam darah yang diambil dalam volume tertentu. Untuk tujuan ini, darah diambil dengan semprit dalam suatu volume yang telah ditetapkan dan dipindahkan kedalam suatu tabung khusus berskala hematokrit. Untuk pengukuran hematokrit ini darah tidak boleh dibiarkan menggumpal sehingga harus diberi anti koagulan. Setelah tabung tersebut dipusingkan / sentripus dengan kecepatan dan waktu tertentu, maka SDM akan mengendap. Dari skala Hematokrit yang tertulis di dinding tabung dapat dibaca berapa besar bagian volume darah seluruhnya. Nilai hematokrit yang disepakati normal pada laki – laki dewasa sehat ialah 45% sedangkan untuk wanita dewasa adalah 41%. Dari hasil percobaan yang dilakukan didapatkan hasil, yaitu persentase hematokrit yang menunjukan nilai persentase sel darah merah. Pada percobaan kelompok didapatkan nilai hematokritnya 15,6% . Hal ini berarti darahnya terdiri dari 15,6% sel darah. I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam penetuan bahan pakan diperlukan preparasi sampel supaya sampel tersebut berhasil. Analisis suatu bahan pakan hanya akan dicapai secara baik jika pengambilan sampel bahan dilakukan secara benar dan representatif. Pengambilan perlu memperhatikan homogenitas sampel yaitu efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadapa homogenitas bahan. Bahan dengan ukuran dan berat lebih besar cenderung akan berpisah dengan bahan yang lebih kecil dan ringan (Segregasi). Cara pengambilan sampel yaitu dilakukan dengan dua cara yaitu dengan aselektif artinya pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memperhatikan atau memisahkan bagian dari bahan tersebut, selektif artinya pengambilan sampel secara acak dari bagian tertentu suatu bahan. Jumlah sampel sudah ada ketentuan yaitu 10 % dari berat bahan dan sangat berpengaruh pada tingkat representatif. Penanganan sampel dilakukan agar sampel tidak mengalami perubahan sifat saat pengambilan sampel. Prosesing sampel yaitu tujuan evaluasi terutama evaluasi secara mikroskopis, kimia dan biologis, semua sampel juga harus digiling sehingga diperoleh sampel yang halus. Penentuan kadar air sampel segar digunakan rumus : Kadar Air (%, Y) = x 100 % Kadar Bahan Kering (%) = x 100 % Kadar Bahan Kering (%) = 100% - % Kadar Air Penentuan kadar air yaitu air pakan akan menguap oleh panas, sehingga yang tinggal adalah bahan kering. Persentase air dihitung dari perbedaan bobt contoh sebelum dan sesudah perlakuan panas. 1.2 Tujuan dan Manfaat Tujuan dari praktikum ini adalah agar mahasiswa mengetahui bagaimana cara dalam pengambilan sampel dengan melakukan preparasi sampel. Dan harus dilakukan dengan cara representatif supaya mendapatkan hasil yang benar. Manfaat dari praktikum ini adalah mahasiswa dapat mengetahui bagaimana cara pengambilan sampel yang representatif dan benar dan bagaimana cara menghitung kadar air dan berat bahan kering. II. TINJAUAN PUSTAKA Penentuan kualitas suatu bahan pakan dapat dilakukan secara fisik, kimia maupun biologis. Lankah tersebut dilakukan mengingat adanya variasi antara bahan pakan. Dua macam bahan pakan mungkin secara fisik terlihat sama namun mungkin saja kedua bahan pakan tersebut mempunyai komposisi kimia yang berbeda, sehingga analisis fisik dan kimia perlu dilakukan. Sebenarnya analisis secara kimia saja tidak cukup, percobaan dengan ternak harus dilakukan karena bahan pakan yang menandung nutrisi tinggi mungkin saja mempunyai kecernaan yang rendah (Suparjo,). Kualitas nutrisi bahan makanan ternak merupakan faktor utama dalam menentukan kebijakan dalam pemilihan dan penggunaan bahan pakan tersebut sebagai sumber zat makanan untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok dan produksinya. Kualitas nutrisi bahan pakan dapat diketahui dengan melakukan pengujian secara fisik melalui alat inderawi yang prinsipnya adalah melakukan suatu kegiatan pengamatan yang melibatkan pengumpulan data-data atau keterangan-keterangan dengan alat indera sebagai penerima, pengujian secara kimiawi untuk mengetahui komposisi nilai gizi, serat dan energi serta aplikasinya pada nilai palatabilitas dan daya cerna (Evaluasi biologis) (A.Mujnisa.,2008). Karakteristik atau sifat bahan makanan ternak sangat berpengaruh dalam proses pengolahan bahan pakan. Banyak jenis pakan lokal yang ketersediannya cukup potensil tetapi penggunaan bahan baku lokal ini sering menimbulkan kesulitan bagi pengelola pabrik pakan yang menangani dan memprosesnya, karena adanya perbedaan sifat.Pengetahuan tentang sifat fisik pakan belum berkembang dibanduing dengan sifat fisik pada bahan pangan yang telah banyak diteliti(Alamsyah.,2002). Pengecilan ukuran partikel dan kadar air tidak berpengaruh nyata terhadap pengukuran berat jenis dari berbagai kelompok bahan pakan sumber energi, sumber hijauan, sumber protein nabati dan hewani serta bahan pakan sumber mineral. Berat jenis akan berhubungan erat dengan porositas ransum. Porositas adalah ratio antara kerapatan tumpukan dengan berat jenis. Porositas ini akan menunjukkan besarnya volume ruang antara partikel dalam suatu tumpukan ransum dan berperan penting dalam mencapai efisiensi pengeringan bahan kerena berkaitan erat dengan daya hantar panas di dalam tumpukan bahan(Mustari.,2000). Ukuran partikel bahan sangat berpengaruh terhadap kerapatan tumpukan yaitu pengecilan ukuran partikel akan menurunkan nilai kerapatan tumpukan pada bahan pakan. Selain pengecilan ukuran, kandungan air juga turut berpengaruh dimana nilai kerapatan tumpukan akan semakin turun dengan meningkatnya kadar air bahan pakan (Alamsyah.,2002). Pengujian pakan bertujuan antara lain untuk menyusun formula pakan, mengevaluasi Kualitas pakan, memeriksa nutrisi yang dapat tercerna ,dan memastikan nilai nutrisi dari Pakan tersebut. Kualitas pakan secara umum dapat ditunjukkan dari nilai TDN (ME dan NE ) yang diperhitungkan dari nilai hasil analisa pakan. Kualitas bahan pakan sangat menentukan produktivitas ternak yang dipelihara, bahkan kualitas pakan yang sangat buruk dapat mengancam kehidupan ternak yang mengkonsumsinya. Bau tengik misalnya disebabkan oksidasi dari asam-asam lemak tidak jenuh yang terdapat pada minyak dan lemak. Terjadinya perubahan warna pada bahan pakan menandakan bahwa pakan tersebut menurun kualitasnya dijumpai misalnya pada dedak terjadi perubahan warna dari warna asli kuning kecoklatan menjadi merah jambu bahkan sampai hitam, pada jagung kuning yang berwarna kuning berubah menjadi coklat sampai hitam akibat tumbuh jamur pada jagung tersebut (Alamsyah.,2002). III. MATERI DAN METODA 3.1 Waktu dan Tempat Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 21 April 2011, pada hari kamis jam 14.00 WIB sampai dengan selesai. Tempat dilaksanakanya praktikum di laboratorium Fakultas Peternakan Universitas Jambi. 3.2 Materi Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat-alat tulis dan alat hitung. 3.3 Metoda Mengamati dan memperhatikan cara pengambilan sampel yang representatif dan menhitung kadar air sampel segar. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Preparasi Sampel Dalam pengambilan bahan pakan diperlukan preparasi sampel untuk memperoleh hasil yang benar dan harus representatif. Dalam pengambilan sampel tersebut dilakukan dengan memperhatikan homogenitas sampel, cara pengambilan sampel, jumlah sampel, penanganan sampel, prosesing sampel dan penentuan kadar air sampel segar. Homogenitas sampel yaitu efek ukuran dan berat partikel sangat berpengaruh terhadap homogenitas bahan. Bahan harus dicampur secara merata atau sampel diambil secara acak sehingga diperoleh sampel yang benar representatif. Demikian juga pada hijauan disuatu lahan, kualitas hijauan pada tiap bagian tanaman atau lahan mempunyai kualitas berbeda. Cara pengambilan sampel digunakan dengan menggunakan dua cara yaitu aselektif dan selektif. Aselektif yaitu pengambilan sampel secara acak dari keseluruhan bahan tanpa memisahkan bagian dari bahan tersebut. Selektif yaitu pengambilan sampel secara acak dari bagian tertentu suatu bahan. Jumlah sampel yang diambil akan sangat berpengaruh terhadap representatif sampel yang diambil. Jumlah sampel tergantung dari kebutuhan untuk evaluasi dan jumlah bahan yang diambil sampelnya. Sebagai pedoman jumlah sampel yang diambil 10 % dari jumlah bahan. Penanganan sampel. Sampel yang telah diambil harus segera diamankan agar tidak rusak. Misalnya terjadi penguapan air, pembusukan ataupun tumbuhnya jamur. Sampel yang mempunyai kadar air rendah (

Tidak ada komentar:

Posting Komentar